PURWOKERTO- Anak Baru Gede atau yang lebih sering disebut ABG, paling rentan menjadi sasaran pelecehan seksual. Namun, terkadang permasalahan tersebut justru timbul dari ABG itu sendiri, terutama untuk ABG perempuan.
Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Penanganan dan Perlindungan Korban Kekerasan berbasis Gender dan Anak (PPT-PKBGA) Kabupaten Banyumas, Dra Tri Wuryaningsih MSi mengatakan, beberapa ABG perempuan kerap mengenakan pakaian minim, dengan celana pendek di atas lutut. Hal itu secara tidak langsung dapat mengundang pelaku kejahatan seksual.
"Bisa jadi dari yang awalnya tidak ada niat melakukan kejahatan, jadi terpancing. Dan biasanya pelakunya bukan dari orang asing," katanya.
Menurut Tri, anak-anak termasuk ABG sangat perlu mendapat perlindungan dan pengawasan. Sebab, di usia yang masih labil rentan terpengaruh dengan pergaulan. Terlebih di era globalisasi saat ini, yang sangat mudah terhubung dengan dunia luas melalui internet.
"Saya pernah menangani kasus ABG perempuan yang ngepil, minum minuman keras. Ternyata mendapatkannya sangat mudah yaitu dari teman sepermainannya dengan dihargai murah," kata Tri.
Tri menuturkan, proses pengawasan tidak hanya dilakukan oleh pihak keluarga, tetapi juga lingkungan sekitar. Jika ada yang kurang berkenan, segera dilaporkan pada ketua RT atau RW setempat.
Selain itu, sosialisasi ke sekolah-sekolah juga penting. Supaya para ABG tidak mudah mengikuti pergaulan bebas yang menjadikannya mudah mengikuri hasutan pelaku trafficking.
"Kalau dilihat sekarang banyak ABG yang keluar masuk hotel bersama pria yang bukan saudaranya, itu sudah termasuk bentuk trafficking," tutur Tri.
Pihaknya pun mengharapkan adanya ketegasan dari semua pihak, jika ada anak di bawah umur yang mendatangai tempat hiburan dewasa, untuk melarangnya masuk. (ely/acd)