Kisah Kematian Anak yang Dibiarkan Selama 4 Bulan Sampai Kering, Ngaku Ritual Usir Genderuwo, Sudah Mati Diman

Rabu 19-05-2021,13:07 WIB

Grafis: Ibnu Fiqri/Jawa Pos Radar Semarang Temanggung – Bocah tak berdosa, ALH, 7, menjadi korban ritual mengusir genderuwo yang dilakukan kedua orangtuanya. Gadis cilik warga Dusun Paponan RT 02 RW 03, Desa Bejen, Kecamatan Bejen, Temanggung itu ditemukan sudah tak bernyawa di rumahnya, Minggu (16/5/2021) sekitar pukul 23.30. Jenazah ALH diduga telah disimpan selama 4 bulan oleh orangtuanya, pasangan Marsidi, 42, dan Suwartinah, 38. Bahkan saat ditemukan, jasad korban sudah mengering, tinggal kulit dan tulang. https://radarbanyumas.co.id/tega-orang-tua-sembunyikan-mayat-anak-di-dalam-rumah-selama-empat-bulan-tinggal-kulit-dan-tulang/ “Minggu malam pukul 23.30 Polsek Bejen mendapat laporan tentang penemuan mayat di Dusun Paponan. Mayat tersebut berjenis kelamin perempuan, berinisial ALH, umur 7 tahun. Saat ini, kami sudah mengamankan empat orang untuk diperiksa,” ujar Kapolres Temanggung AKBP Benny Setyowadi kepada Jawa Pos Radar Semarang, Senin (17/5/2021). Keempat orang yang diamankan, Marsidi dan Suwartinah, serta Haryono, 56, warga Dusun Saren, Bejen, dan Budiono, 43, warga Dusun Demangan, Bejen. Dua nama terakhir adalah rekan orang tua korban. Haryono sendiri dikenal sebagai dukun. Informasi yang dihimpun Jawa Pos Radar Semarang menyebutkan, ritual mengusir genderuwo yang menewaskan korban ini diketahui setelah bibi korban, Suratini, sebelum lebaran lalu menanyakan keberadaan ALH yang sudah tak terlihat sejak 4 bulan lalu. Saat itu, orangtua ALH menyampaikan kalau putrinya berada di rumah kakeknya, Sutarno, di Dusun Silengkung, Desa Congkrang, Kecamatan Bejen. “Dia (Marsidi) mengatakan kalau ALH tidak mau diajak pulang, dan berada di rumah kakeknya. Awalnya, saya tidak curiga dengan kakak saya,” kata Maryanto, paman korban, yang juga adik Marsidi. Maryanto bersama Suratini, lantas ke rumah kakek ALH, dan mendapatkan fakta bahwa korban tak ada di rumah kakeknya. Merasa janggal, Sutarno, kakek korban, langsung menuju ke rumah Marsidi, anaknya, untuk menanyakan keberadaan cucunya. Seperti diceritakan Maryanto, saat itu sang kakek sempat mendesak Marsidi untuk menunjukkan di mana keberadaan cucunya. Dengan santainya, orangtua korban langsung menunjukkan keberadaan ALH di kamar. Nah, saat sang kakek membuka pintu kamar, ternyata cucunya yang menggemaskan itu sudah meninggal. Yang membut miris, jasad ALH sudah mengering, tinggal tulang dan kulit. Badannya sudah mengecil. Tentu saja, Sutarno kaget bukan kepalang. Kejadian itu langsung dilaporkan kepada perangkat desa setempat, dan diteruskan ke Polsek Bejen. Tengah malam itu, polisi langsung datang ke lokasi kejadian. Polisi mengamankan orang tua korban, Marsidi dan Suwartinah untuk dimintai keterangan. Marsidi mengaku kalau dirinya tengah menjalani ritual untuk menyembuhkan putrinya yang dianggapnya keturunan genderuwo. ALH memiliki perangai nakal dan tengah disembuhkan melalui ritual tersebut. Marsidi juga mengaku, ritual yang dimulai pada malam hari pada Januari 2021 lalu itu atas suruhan dukun Haryono dan Budiono. Karena itu, polisi langsung menangkap keduanya. Adapun ritual dilakukan dengan menenggelamkan kepala korban ke bak mandi sampai tak sadarkan diri. Kemudian, korban ALH dibawa ke kamar untuk ditidurkan dalam keadaan meninggal. Orang tua korban percaya anaknya bisa dihidupkan kembali melalui bantuan dukun. Sehingga saat dibangunkan kembali anaknya sudah tidak nakal. Dalam ritual itu, korban dirawat seperti biasa selama sekitar 4 bulan. Selama Januari sampai Maret, Budiono memandikan jenazah korban dua kali dalam sepekan. Sedangkan sejak April sampai sekarang, tubuh ALH dibersihkan dengan tisu oleh ibunya. Selama menjalani ritual itu, orang tua korban selalu merahasiakan kepada para tetangga dan famili. Saat wartawan koran ini datang ke TKP kemarin, rumah Marsidi tampak sepi, dan sudah dipasang garis polisi. Keluarga dan tetangga korban tidak menduga dengan adanya kejadian tersebut. Informasi dari warga setempat, selama ini korban ALH dikenal sebagai anak yang aktif. Namun korban tidak nakal. Ini berbeda dengan pengakuan kedua orangtuanya. Korban yang sekolah di SD Negeri Bejen itu dikenal nakal. Bahkan hasil penerawangan dukun Haryono, badan korban sudah dirasuki genderuwo. Sehingga harus dibersihkan. “Katanya kalo gak (dibersihkan), nanti kalo besar akan memalukan ortunya. Juga membuat malu Desa Bejen,” kata warga yang enggan ditulis namanya. Warga itu juga mengatakan, selama ini korban tidak pernah merugikan tetangga ataupun berbuat jelek. Yang memilukan lagi, setelah tewas akibat ditenggelamkan di bak mandiri, korban disimpan dan diteteli kulitnya yang mengelupas akibat membusuk. “Jadi, korban menjalani terapi ditenggelamkan di bak mandi itu tidak hanya sekali, tapi sudah beberapa kali. Kira-kira empat kali. Awal-awal diterapi badannya panas, baru yang terakhir pingsan dan meninggal,” jelasnya. (man/aro/radarsemarang/ttg)

Tags :
Kategori :

Terkait