Yang Berburu dan Yang Berjuang Mendapatkan Vaksin, Malah Dapat Pas Jadi Wisatawan

Senin 19-07-2021,09:56 WIB

FOTO: Nadira Diva Vaksinasi bak cahaya di ujung kekacauan akibat persebaran virus SARS-CoV-2 di Indonesia. Namun, tidak semua bisa mendapatkannya dengan mudah. Sebagian besar harus berburu, bahkan berjuang, demi dua dosis suntikan. NADIRA Diva Vitani adalah ibu muda yang memprioritaskan kesehatan. Karena itulah, coach fitnes yang banyak membagikan tips kebugaran via YouTube tersebut mengincar vaksin sejak kali pertama kabar vaksinasi tersiar. ”Saya coba berbagai cara,” katanya. https://radarbanyumas.co.id/vaksin-berbayar-batal-beredar-dirut-kimia-farma-kita-ikuti-keputusan-pemerintah/ Diva mengaku mulai mencari informasi untuk mendapatkan vaksin awal Maret. Menikah dengan pria Amerika Serikat (AS) yang berprofesi guru, dia ngotot harus mendapatkan vaksin. Sebab, ketika itu pemerintah menjadwalkan tahun ajaran baru pada Juli untuk sekolah tatap muka. Michael Martin, sang suami, berharap bisa mendapatkan vaksin komplet sebelum memasuki tahun ajaran baru. ”Suami saya tidak mau kalau saat mengajar itu masih berisiko terkena Covid-19 atau bisa menyebarkannya ke murid dan lainnya,” ungkap dia. Maret itu Diva melihat banyak temannya mendapatkan vaksin. Ada yang karena lulusan universitas tertentu atau orang tuanya bekerja di perusahaan tertentu. ”Jadi seperti buat kalangan tertentu saja. Saya dan suami merasa tidak punya celah untuk mendapatkan vaksin,” jelasnya. https://radarbanyumas.co.id/sri-mulyani-realisasi-belanja-vaksin-capai-rp102-triliun/ Menyerah? Tentu tidak. Diva lantas mencoba aplikasi Peduli Lindungi. Dia mendaftar di sana agar mendapatkan vaksin. Sebelumnya ada teman Diva yang mengaku mendapatkan jatah vaksin dengan mendaftar di situs tersebut. ”Ternyata belum bisa. Masih lama banget jadwal aku untuk mendapatkan vaksin,” ungkapnya. Setelah dua kali gagal, kabar baik menghampiri keluarga kecil Diva. Perusahaan tempat Michael bekerja memberikan jatah vaksin untuk karyawannya. Termasuk suami Diva. Ibunda Maddie itu pun bungah. Bayangan bahwa dia dan suami akan mendapatkan vaksin langsung membuat hari-harinya cerah. Sayang, pada H-1, Diva dan Michael kembali gagal mendapatkan vaksin. ”Perusahaan dapat informasi bahwa vaksinnya hanya untuk yang KTP Jakarta,” ujarnya. Juli kian dekat, sekolah tatap muka masih terjadwal, dan Diva tiga kali gagal mendapat vaksin. Putus asa? Monmaap, istri Michael itu bukan tipe yang mudah menyerah. Bersama suaminya, Diva tidak hanya aktif berburu vaksin di dalam negeri. Mereka juga menghimpun informasi tentang vaksin di Negeri Paman Sam. Maka, saat tiga kali gagal mendapatkan vaksin di negaranya sendiri, Diva menjajal peruntungannya di negara Michael. ”Saya pertengahan Juni ke USA untuk vaksin,” katanya. Agar tidak gagal lagi, Diva dan Michael mempersiapkan segala kebutuhan mereka dengan matang. Termasuk isolasi mandiri dulu sebelum bertolak ke AS. ”Biar tidak gagal karena kedapatan positif,” tuturnya. Berbekal pengalaman tidak menyenangkan saat berburu vaksin di dalam negeri, Diva pun tidak mau berekspektasi tinggi-tinggi. Apalagi, kali ini tema perjalanannya ke AS adalah wisata alias jalan-jalan. Diva dan Maddie pun berstatus wisatawan. Begitu tiba di Bandara Internasional Washington Dulles, Negara Bagian Virginia, keluarga kecil Diva langsung mencari farmasi terdekat. Sebab, vaksinasi memang menjadi tujuan utama mereka. Dan mereka juga tahu bahwa hampir semua farmasi di AS menyediakan vaksin. ”Kami sudah searching dulu bisa di mana. Kalau perlu booking dulu,” katanya. Pengalaman memang guru terbaik. Diva sudah mempersiapkan plan A, plan B, dan serangkaian plan lainnya untuk mengantisipasi kegagalan. Maka, begitu menginjakkan kakinya di gerai farmasi salah satu pusat perbelanjaan, Diva terkejut. Dia dan suami ditawari untuk divaksin saat itu juga. ”Kaget. Semudah itu ya,” ucapnya. Tawaran tenaga kesehatan yang bertugas di gerai farmasi itu pun langsung diiyakan Diva dan Michael. Mereka lantas diminta memilih sendiri vaksin yang dikehendaki. Moderna, Johnson & Johnson, atau Pfizer. Diva memilih jenis vaksin terakhir. ”Ya karena efikasinya saat itu mencapai 98 persen,” ujarnya. Dosis pertama sukses. Diva dan Michael dijadwalkan menerima suntikan kedua pada 4 Juli, bertepatan dengan Hari Kemerdekaan AS. Karena hari itu libur nasional, vaksinator mengizinkan Diva dan Michael memajukan jadwal suntikan menjadi sehari lebih cepat. Sampai mendapatkan dosis komplet dua suntikan, Diva masih terkesima pada cara pemerintah AS melindungi warganya dari Covid-19. Bahkan, pendatang pun diberi fasilitas vaksin gratis agar tidak menjadi inang virus. ”Tunjukkan kartu identitas doang. Paspor. Aku terhitungnya kan wisatawan, bisa dapat juga,” terangnya. Syukurlah… (jpc)

Tags :
Kategori :

Terkait