MADRID – Alvaro Morata juga ingin seperti Fernando Torres. Merintis karir sepak bolanya di akademi sepak bola Atletico Madrid dan kembali ke Majadahonda -kamp latihan Atleti- setelah berkelana di Inggris bersama Chelsea. Tetapi, Morata tak merasakan sambutan hangat dari fans Los Colchoneros.
Fans Atletico bahkan rela menanti di luar Vicente Calderon -kandang Atleti sebelumnya- hanya untuk El Nino. Sementara, Morata sudah disambut dengan chant-chant bernada protes di Wanda Metropolitano -markas anyar Atleti- kemarin WIB (27/1). Tepatnya di saat Diego Godin dkk mengalahkan Getafe 2-0 dalam jornada 21 La Liga.
''Buat apa Morata, mending Borja Garces,'' begitulah bunyi chant kelompok ultras Atleti, frente Atletico, di tribun selatan Wanda Metropolitano. Ya, fans lebih senang Garces -penyerang 19 tahun dari Atleti B- yang naik ke tim utama di bawah asuhan Diego Simeone, bukan Morata. Padahal, saat itu Alvarito baru menjejakkan kakinya di Bandara Madrid-Barajas Adolfo Suarez.
Lagipula Morata masih baru melakoni tes medis untuk kontrak peminjaman berdurasi 18 bulan. Walaupun pernah mengenyam pelatihan di akademi sepak bola Atleti, namanya mencuat ketika membela Real Madrid, rival sekota Atleti. Di level akademi, striker 26 tahun itu memilih sekolah di La Fabrica -akademi Real. Jiwa Los Merengues sudah ada dalam diri Morata.
Selama lima musim di Real, Morata sudah menjadi public enemy fans Atletico. Satu dari tiga gol Real ke gawang Atleti pada leg pertama semifinal Copa del Rey 2013-2014 tercipta via assists Morata. Begitu pindah ke The Blues musim lalu satu golnya juga ikut memberikan noda pertama Wanda Metropolitano di Eropa. Atleti takluk 1-2 di tangan Chelsea.
''Masa lalu tetaplah masa lalu. Tidak ada yang bisa mengubahnya,'' sebut Morata, kepada AS sesaat setelah menjejakkan kakinya di Madrid. Pemain asli Madrid itu masih konfiden kalau fans Atleti bisa menerimanya. Dia mengingatkan fans, terutama ultras Atleti, bahwa dirinya pun juga alumnus akademi Atleti.
''Saya mengawali karir saya sebagai pesepak bola di Atleti. Orang-orang pun mengetahui latar belakang saya, dari mana saya berasal, dan sejarah saya. Lantas, apa artinya ini bagi saya,'' beber top scorer Euro U-19 2011 dan Euro U-21 2013 itu. ''Saya harap semuanya akan berjalan lancar besok (hari ini, Red),'' tambahnya.
Marca melaporkan Morata sudah lolos tes medis di Ciudad Deportiva Wanda Atletico de Madrid, tadi malam WIB. Bek Atleti Jose Maria Gimenez, menyebut sambutan itu masih wajar. ''Orang bebas mengekspresikan apa yang mereka rasakan dan apa yang ada di dalam kepalanya. Tapi mereka (fans) tidak bisa mempengaruhi kondisi di dressing room,'' tutur Gimenez, dilansir Mundo Deportivo.
Simeone setelah laga melawan Getafe tak mau menyalahkan tindakan ultras yang sudah mengkritisi keputusan klub mendatangkan Morata. ''Opini dari fans selalu dapat dipertanggung-jawabkan. Saya mencari pemain yang mampu memberi servis bagi klub dan tim,'' kata Simeone dalam komentarnya.
Selain latar belakang Morata sebagai eks pemain Real, performanya selama memperkuat Chelsea juga tak begitu bersinar. Dalam 1,5 musimya di London Cobham, Morata cuma 46 kali main sebagai starter dari 72 laga di semua ajang. Atau 63,8 persentase starternya. Dia pun cuma mengoleksi 24 gol dan enam assists. Per laga, dia hanya dapat menciptakan 0,30 gol. Dia butuh tiga laga untuk mencetak per satu golnya.
Dengan modal itu, Morata bakal memperpanjang kutukan pemain posisi nomor sembilan di Atleti. Musim ini misalnya. Antoine Griezmann yang bukan striker murni justru bisa menjadi top scorer Atleti dengan 16 gol. Striker murni seperti Nikola Kalinic dan Diego Costa baru bisa mencetak empat gol! Kalinic bahkan telah di ambang pintu keluar dari Atleti musim dingin ini.
Sebagai sesama alumnus akademi Atleti, Saul ogah banyak bicara tentang Morata. ''Saya sudah mengenalnya di timnas. Saya tahu, dia pemain yang hebat,'' klaim Saul. ''Senang melihat banyak pemain-pemain alumnus akademi kembali ke tim ini,'' imbuh Saul yang justru memulai mengawali karirnya di akademi Real sebelum pindah ke akademi Atleti. (ren)