Perajin Batu Bata Klirong Pacu Produksi

Rabu 15-08-2018,09:30 WIB

TATA : Salah seorang perajin batu bata, Dimyati (60), menata hasil cetakan bata yang telah dikeringkan di Desa Tambakprogaten Kecamatan Klirong. Kebumen - Musim kemarau yang menjadi bencana bagi petani, justru menjadi berkah para pengrajin batu bata. Dimyati (60), pria paruh baya warga RTbl 02 RW 06 Desa Tambakprogaten Kecamatan Klirong ini, justru memanfaatkan panas sinar matahari musim kemarau untuk menjemur hasil cetakan batu batanya. "Kalau musim kemarau justru bagus untuk mencetak bata, karena bata dijemur benar - benar kering jadi kualitasnya bagus," ujarnya, Senin (13/8). Dalam satu hari, dia sanggup mencetak batu bata 600 hingga 700 bata merah. Hasilnya pun halus dan presisi. Sebab kakek yang telah lama menggeluti dunia batu bata selama bertahun-tahun ini, kini telah mencetak menggunakan mesin pres bata. "Sekarang sudah pakai mesin tidak nyetak manual lagi. Ini sudah dua hari dapat 1300 bata," ujarnya sembari menata batu bata yang telah kering. Usai proses penjemuran yang.memakan waktu selama 2 hingga 3 hari, batu bata itu tak dijual dalam kondisi mentah atau belum melalui tahap pembakaran. "Tidak pasti kadang saya jual mentah, juga sering bakar sendiri," jelasnya. Harga jual batu bata saat ini mencapai Rp 600 per biji dalam kondisi sudah jadi bata merah. Namun jika bata yang belum matang dan masih berwarna coklat, satu biji seharga Rp 300. "Sekarang Rp 600 pembeli ngambil ditempat jika Rp 700 sudah diantar, itupun melihat jaraknya " kata Dimyati. Musim kemarau juga menjadi kesempatan bagi para penrajin genteng dan batu bata untuk mengumpulkan tanah liat. Saat ini kondisi area persawahan yang kering dan pecah - pecah mempermudah bagi para juragan genteng untuk membeli bahan baku tanah. "Sawahnya kering jadi tanahnya mudah diambil, bahkan truk pengangkut juga bisa masuk ke sawah," kata Maryanto (40) warga Desa Kewayuhan saat bekerja mengambil tanah liat di Desa Kedungwinangun Kecamatan Klirong. (sfr)

Tags :
Kategori :

Terkait