Petani Cabai Terpaksa Panen Dini, Tanaman Diserang Ulat

Jumat 10-06-2022,13:43 WIB

RUGI : Petani cabai di Desa Pucungbedug memanen cabai lebih dini karena serangan hama ulat yang mengganas. (DARNO/RADARMAS) BANJARNEGARA – Serangan hama ulat yang mengganas membuat petani terpaksa memanen cabainya lebih dini. Hal ini dilakukan, daripada tidak panen sama sekali. Berbagai upaya sudah dilakukan, namun tidak membuahkan hasil seperti yang diharapkan. Ulat tetap menyerang tak terkendali. Petani cabai asal Desa Pucungbedug Kecamatan Purwanegara Sutini mengatakan, harga cabai merah saat ini Rp 60 ribu per kilogram. Namun karena serangan ulat yang mengganas, cabai dipanen sebelum sampai berwarna merah. Cabai yang masih hijau dijual lebih murah yaitu Rp 15 ribu per kilogram. Cabai dipanen lebih dini karena jika ditunggu sampai merah, bukannya panen. Namun justru membusuk karena serangan ulat. “Sudah tidak kurang-kurang (upayanya) untuk mengatasi hama ulat. Dua hari sekali disemprot,” kata dia, Kamis (9/6). Namun ulat yang berukuran sangat kecil mudah bersembunyi dan memiliki daya tahan tinggi terhadap obat hama. “Ulatnya bersembunyi, jadi tidak kena ketika disemprot. Kalaupun kena, tidak selalu mati," ucapnya. Petani cabai lainnya Mahmud mengatakan, hama ulat sulit diberantas karena memiliki daya tahan terhadap obat pertanian. “Obatnya semakin mahal dan sekarang lebih encer. Jadi kurang manjur,” ungkapnya. https://radarbanyumas.co.id/omzet-pedagang-turun-meski-harga-naik-banyak-komoditas-cabai-yang-tak-terjual/ Dia telah berupaya mengendalikan hama ulat dengan mencampur berbagai merek dalam satu kali penyemprotan. Namun serangan ulat belum juga terkendali. (drn)

Tags :
Kategori :

Terkait