Suhu Dingin Bukan Karena Aphelion

Sabtu 07-07-2018,09:33 WIB

Lapisan Es di Dieng, Purwokerto 19 Derajat Celcius PURWOKERTO- Beberapa hari terakhir, warga Barlingmascakeb merasakan suhu yang lebih dingin dibanding sebelumnya. Bahkan, suhu yang sangat dingin membuat Dieng diselimuti salju/bun upas. Luasan area yang diselimuti salju diperkirakan mencapai belasan hektar. Warga Dieng Diqda Subagyo mengatakan berdasarkan pengukuran termometer, suhu pada Jumat (6/7) pagi minus lima derajat Celcius. "Dingin banget pokoknya," paparnya. Menurut dia, bun upas terbentuk ketika mulai pukul 19.00. Bun upas yang paling luas terjadi di sekitar Komplek Candi Arjuna. "Diperkirakan luasnya mencapai 15 hektar," terangnya. Pengaruh dari Australia Sementara, suhu di kota Purwokerto pada Jumat (6/7) pagi mencapai 19 derajat. Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Banyumas, Catur Hari Susilo ST mengatakan, hawa dingin juga ada kemungkinan pengaruh dari badai Elnino dan Lanina bersifat global. Yang bergerak sesuai suhu dan kecepatan angin. Dan data dari BMKG diperkirakan musim kemarau di Banyumas hingga Oktober. "Selama musim kemarau basah, tidak selamanya panas kadang juga turun hujan dengan curah yang tidak terlalu tinggi," katanya. Sementara, sejumlah pesan singkat yang beredar menyebutkan kondisi ini disebabkan fenomena Aphelion atau titik terjauh bumi dengan matahari. Tetapi ternyata suhu dingin yang saat ini terjadi, sama sekali tidak terkait dengan fenomena Aphelion. Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin membenarkan bahwa banyak yang bertanya-tanya mengapa suhu di beberapa kota di Jawa menjadi lebih dingin. "Adakah hubungannya dengan Aphelion pada setiap bulan Juli?" katanya saat dihubungi. Dengan tegas Thomas mengatakan, suhu dingin yang sekarang terjadi tidak ada hubungannya dengan Aphelion. Sebab perubahan jarak matahari ke bumi, tidak terlalu signifikan memengaruhi suhu permukaan bumi. Lebih lanjut Thomas menuturkan suhu udara dipengaruhi oleh distribusi panas di bumi akibat perubahan tahunan posisi matahari. Dia mengatakan saat ini posisi matahari berada di belahan bumi bagian utara. Sehingga belahan bumi bagian selatan mengalami musim dingin. Termasuk di antaranya di Australia, saat ini mengalami musim dingin. Posisi matahari juga memengaruhi tekanan udara. Ketika saat ini posisi matahari saat ini berada di belahan utara bumi, tekanan udara di belahan bumi selatan lebih tinggi dibanding belahan utara. Akibatnya angin bertiup dari selatan menuju utara. Bertiupnya angin dari selatan ke utara ini juga mendorong awan bergerak ke utara menjauhi Indonesia. "Sehingga Indonesia mengalami musim kemarau," katanya. Angin yang bertiup dari belahan bumi bagian selatan ini juga membawa udara dingin. Sebab saat ini di Australia sedang mengalami musim dingin. Thomas menyimpulkan inilah penyebabnya kenapa saat ini masyarakat di pulau Jawa mengalami suhu yang lebih dingin dari biasanya. Kepala Bagian Humas Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Hary Tirto Djatmiko mengatakan Indonesia mengalami puncak musim kemarau pada Juli sampai Agustus. Dengan indikator mulai aktifnya monsun Australia. Akibat angin monsun tersebut, Indonesia juga mendapatkan pengaruh dari aliran massa dingin dari Australia menuju ke Asia. Di sejumlah daerah suhu memang terasa lebih dingin dari biasanya. Di Bandung dikabarkan suhu bisa turun hingga 12 derajat celcius. Bahkan dari Pegunungan Dieng beredar foto lapisan es yang berasal dari embun. Data cuaca BMKG menyebutkan suhu terendah ada di Bandung dengan kisaran 18-30 derajat celcius. Kemudian di Jogjakarta berada di kisaran 21-32 derajat celcius. (drn/ely/wan/agm/dis)

Tags :
Kategori :

Terkait