BANJARNEGARA - Longsornya kolam injeksi PT Geo Dipa Energi (GDE), mengungkap adanya peradaban kuno di Dieng. Pasalnya peristiwa tersebut membuat tanah yang menimbun bebatuan mirip batu candi terkikis dan nampak di permukaan.
Pasca longsor, batuan tersebut terlihat berserakan. Sebagian lainnya masih tertimbun tanah. Namun sayangnya batu dengan berbagai ukuran dan motif tersebut diambil warga.
Oleh warga, bebatuan tersebut digunakan untuk pondasi atau teras rumah. Ketua Pokdarwis Kepakisan, Sarwo Edi menyayangkan pengambilan batu bersejarah tersebut. Sebab batu yang diduga bagian dari bangunan candi dengan berbagai ukuran dan motif ukiran itu kini telah hilang.
"Batunya berwarna merah. Lain dengan Candi Arjuna Dieng. Sebab berwarna merah," jelasnya. Dugaan batu tersebut sebagai bagian dari candi karena bentuknya mirip hasil pahatan. Selain memiliki bentuk siku pada ujungnya, juga memiliki motif ukiran. Sedangkan ukurannya bervariasi.
"Ada yang 30 x 30 centimeter, 60 x 60 centimeter. Ada yang satu setengah meter," ujarnya. Dia mengatakan, yang disinyalir batu candi ini ditemukan di bawah jalan. Sebelum terjadi longsor tidak ada yang tahu ada peninggalan bersejarah.
Menurut dia, penemuan ini mengungkap sejarah peradaban di Dieng yang terkubur. Dikatakan penemuan batu yang jumlahnya diperkirakan mencapai 150 buah tersebut merupakan bukti nyata adanya peradaban lampau di Dieng.
"Kalau dilihat sejarahnya ketika jaman Hindu daerah Bitingan adalah jalur menuju Dieng dari arah Pekalongan. Ada dua jalur, jalur satunya dari arah selatan melalui Sembungan Wonosobo," paparnya.
Kalaupun batuan dengan motif ukiran tersebut bukan material bangunan candi, kemungkinan tempat persinggahan atau makam zaman dulu. Namun yang jelas adalah hasil karya tangan manusia.
Dia yakin batuan sejenis masih terkubur di sekitar Dieng. "Saya yakin masih banyak yang tersisa," kata dia. Sebagai pegiat wisata dia sangat berharap ada yang peduli untuk melestarikan bukti peradaban warisan leluhur. (drn/din)