Desa Gumelem dan Daerah Longsor Lainnya Wajib Dipasangi EWS

Senin 27-06-2016,12:18 WIB

BANJARNEGARA - Kondisi tanah yang labil dan cuaca yang tidak menentu menjadikan bencana sulit diprediksi. Misalnya saja bencana longsor yang terjadi di Desa Gumelem Kulon Kecamatan Susukan, Sabtu (18/6) malam. Sebelumnya tidak ada yang menyangka bakal terjadi longsor di wilayah tersebut. Apalagi sampai merenggut korban jiwa. Hal ini dikatakan oleh anggota DPR RI, Taufiq R Abdullah saat meninjau anak dan janda korban longsor di Dusun Wanarata Desa Gumelem Kulon, Minggu (26/6). Menurut dia, kewaspadaan masyarakat sangat penting. "Jangan merasa tenang dan tidak ada masalah," kata dia. Sebab berdasarkan data BPBD Banjarnegara, 70 persen wilayah Banjarnegara rawan longsor. Sehingga jika ada sesuatu yang mencurigakan, seperti retakan tanah jangan dianggap sepele atau dibiarkan. Sebab biasanya longsor berawal dari retakan tanah yang terisi air hujan. Saat jenuh dan tidak mampu menampung air hujan yang masuk, terjadilah longsor. Taufiq mengatakan untuk mencegah korban, penggunaan Landslide Early Warning Sistem (LEWS) merupakan suatu keniscayaan. "EWS itu dalam dunia modern mutlak harus ada," jelasnya. Hanya saja pemeliharaan alat perlu dipikirkan. Sebab bisa saja LEWS ini dalam setahun atau dua tahun tidak berguna. Sebab tidak ada bencana. Sehingga oleh masyarakat dianggap barang tidak berharga. Oleh karena itu perawatan dan pengamanan alat peringatan dini harus diperhatikan. Kepala Desa Gumelem Kulon, Arief Machbub mengatakan hingga kemarin masih ada 18 KK atau 71 jiwa yang mengungsi. Dia mengatakan akibat longsor di wilayahnya, enam orang meninggal dunia dan 12 rumah roboh. Sementara Kepala BPBD Banjarnegara, Catur Subandrio mengatakan pemulihan pasca bencana terkendala sulitnya mencari lahan untuk relokasi. Sebab di sekitar lokasi longsor tidak ada lahan yang rata. Sementara jika dipindahkan ke wilayah bawah, warga tidak mau. Sebab jauh dari lokasi lahan pertanian sebagai mata pencariannya.(drn/nun)

Tags :
Kategori :

Terkait