BINGUNG: Eks pekerja migran asal Cilacap mengikuti Pelatihan Thematic Academy kelas Eks Pekerja Migran, Senin (8/11). NASRULLOH/RADARMAS
CILACAP - TKI atau pekerja migran adalah pahlawan devisa negara. Namun nyatanya, sejumlah pekerja mengaku kesulitan mendapatkan pekerjaan atau melakukan usaha di daerah setelah pulang dari perantauan. Hal tersebut yang kemudian menjadi alasan mereka untuk berangkat merantau kembali, atau menganggur di rumah.
Seperti yang dialami Ika Trisna, eks pekerja migran asal Kecamatan Adipala yang lama merantau di Hongkong bingung setelah pulang kampung ke Cilacap.
"Di rumah cuma ngurus anak," kata dia setelah Pelatihan Thematic Academy kelas Eks Pekerja Migran di Fave Hotel, Senin (8/11).
Bupati Cilacap, Tatto Suwarto Pamuji mengatakan, di masa pandemi Covid-19 saat ini, hal penting yang perlu diperhatikan bagi eks pekerja migran adalah pasca pandemi Covid-19. Terutama setelah pulang ke Cilacap dan tidak bisa berangkat merantau kembali, dengan alasan pembatasan Warga Negara Asing (WNA).
"Tugas pemerintah adalah bagaimana mempersiapkan eks pekerja migran untuk survive di kampung halaman," kata dia.
Oleh karena itu, pemerintah menurut dia perlu memfasilitasi dan pemberdayaan eks pekerja migran ini untuk mengeluarkan segala potensi dan pengalaman yang dimiliki saat bekerja di luar negeri, untuk kemudian diterapkan di Cilacap.
"Mereka kan punya pengalaman di negara mereka kerja, itu dibawa pulang, dan dikolaborasikan dengan kebutuhan yang ada di Cilacap. Mereka kan memiliki keahlian, kemudian dikembangkan di sini supaya menjadi wirausaha," imbuh dia.
Zulkurnain, dari Balai Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Penelitian Kominfo Yogyakarta menyampaikan, Cilacap terpilih sebagai tempat pelatihan eks pekerja migran karena dari data yang dimiliki Cilacap termasuk yang terbanyak memiliki pekerja migran di Jawa Tengah.
Dengan pengalaman yang dimiliki eks pekerja migran bekerja di luar negeri, menurut dia bisa diterapkan di daerah, khususnya kebiasaan yang baik-baik. Selain kebiasaan yang berbeda dan pengalaman, modal lain bagi eks pekerja migran adalah materi finansial yang menurut dia jika dikelola dengan baik bisa menjadi potensi membangun daerah.
Oleh karena itu, perlu difasilitasi untuk mengelola uang dari luar negeri tersebut. "Perlu diberi tahu, daripada bingung duit ini mau dikemanakan, akhirnya habis untuk komsumtif saja," terangnya.
https://radarbanyumas.co.id/2-000-calon-pekerja-migran-asal-cilacap-ke-korsel-terkatung-katung-dua-tahun-berharap-bantuan-pemerintah/
Jika hanya perilaku konsumtif yang dimiliki eks pekerja migran, tidak salah kemudian bagi mereka untuk memilih kembali bekerja di luar negeri, daripada melakukan wirausaha di daerah.
"Pertanyaannya kapan mereka bisa bahagia menghabiskan waktu dengan keluarga. Beban psikologis di luar negeri itu tidak mudah, kangen kampung halaman, kangen keluarga, itu adalah beban mental yang berat," ungkapnya.
Oleh karena itu, daripada kembali bekerja di luar negeri, eks pekerja migran harus mulai berpikir bagaimana 'survive' di daerah dengan mengelola keuangan yang didapat untuk dikembangkan di daerah.
"Mending mengelola keuangan yang didapat untuk dikembangkan di daerah sendiri," pungkas dia. (nas)