Muhammad Jamaluddin Balik Kampung, Bangun Kampung Laut Cilacap, Optimis Warga Tumbuh Setelah Masuknya PLTH

Senin 01-11-2021,09:28 WIB

HARAPAN BARU: Muhammad Jamaludin membersihkan Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid (PLTH) di Dusun Bondan Ujung Alang Kampung Laut. NASRULLOH/RADARMAS NASRULLOH, Cilacap Ungkapan 'Balik kampung, bangun Kampung Laut', sepertinya tidak berlebihan disematkan kepada Muhammad Jamaluddin (29). Pemuda asal Dusun Bondan, Desa Ujung Alang, Kecamatan Kampung Laut, Kabupaten Cilacap, ini rela pulang ke kampung untuk membangun kampungnya, Kampung Laut. Jamal, demikian dia kerap dipanggil, pemuda kelahiran Karawang Jawa Barat, yang sejak 1996 tinggal di Kampung Laut ikut orang tuanya mengungkapkan, sebenarnya dirinya bisa saja merantau ke kota kembali dengan pendapatan lebih menjanjikan. Tetapi tidak dia lakukan, setelah mengingat perjuangan ayahnya dan warga yang sudah membangun Bondan dari zaman kegelapan saat belum ada listrik, menjadi dusun yang terang dengan masuknya listrik dan penuh harapan. "Sebenarnya ada pemikirian kepengin keluar (merantau lagi). Tetapi kalau bukan saya yang memajukan Bondan, siapa lagi," ungkap Jamal yang pulang dari Jakarta tahun 2017, Rabu (6/10) lalu. https://radarbanyumas.co.id/dulu-gelap-sekarang-terang-dusun-bondan-desa-binaan-pertamina-cilacap-raih-penghargaan-desa-mandiri-energi/ Dia menceritakan, saat listrik belum masuk tahun 2017, malam hari di Dusun Bondan selalu dalam kegelapan. Lokasi Bondan yang berada di pulau terluar Jawa, masuk kategori Daerah Tertinggal, Terdepan dan Terluar (3T), serta tidak memiliki akses jalan menyulitkan perusahaan listrik untuk memasuki Bondan. Saat itu, untuk penerangan, warga menggunakan lentera atau yang mereka sebut lampu sentir atau klenting berbahan bakar minyak tanah. Baru setelah program Corporate Social Responsibility (CSR) dari PT Kilang Pertamina Indonesia (KPI) Unit Cilacap masuk dengan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) pada 2017, malam hari di Bondan tidak lagi gelap. Tetapi sudah terang dengan cahaya lampu. Begitu juga perekonomiannya mulai tumbuh. Yang tidak kalah penting, pendidikan anak-anak Dusun Bondan sangat terbantu dengan keberadaan listrik. "Dulu saat saya kecil, belajar ya ala kadarnya, karena gelap sekali. Tetapi adik-adik saya sekarang bisa belajar dengan baik di malam hari," imbuh Jamal yang kemudian dipercaya sebagai pengelola PLTS. Dari PLTS yang kemudian berkembang menjadi Pembangkit Listrik Tenaga Hibrid (PLTH) pada 2018, saat ini telah mampu menerangi sebanyak 40 rumah di Bondan. Masuknya listrik, membuat warga bisa menonton acara televisi yang sebelumnya hanya seperti mimpi. Kapasitas daya listrik pun terus bertambah. Dari kapasitas sebelumnya sebanyak 6.000 watt peak (Wp), di tahun 2019 naik menjadi 12.000 Wp. Dan satu tahun berikutnya naik kembali menjadi 16.200 Wp. "Tahun 2020 awal, bertambah lagi menjadi 16.200 Wp. Itu untuk kebutuhan industri juga," terangnya. Adanya PLTH pada tahun 2017, menjadi awal perubahan Bondan ke arah yang lebih baik. Setelah listrik masuk dengan pendampingan program CSR KPI Unit Cilacap, kemudian dibangun mesin desalinasi air, yakni Sistem Desalinasi Air Berbasis Masyarakat (Sidesi Mas) satu tahun berikutnya atau 2018. Adanya Sidesi Mas, menurut dia, sangat membantu warga. Sebelumnya, warga harus menggunakan perahu sejauh 7 kilometer menuju Pulau Nusakambangan untuk mendapatkan air bersih. Dengan biaya yang tidak sedikit, yakni sekitar Rp 250 ribu untuk mendapatkan air bersih satu perahu penuh atau sebanyak sembilan drum. "Dulu kita kesulitan mendapatkan air bersih. Ketika musim kemarau kita ambil air bersih di sebuah bukit di Nusakambangan, dengan segala reisiko tentunya," terang dia. Sedikitnya dia memerlukan waktu hingga tiga jam untuk mendapatkan air bersih di Nusakambangan saat itu, untuk bolak-balik Bondan-Nusakambangan. Sampai Nusakambangan pun, dia belum tentu mendapatkan air bersih. Karena harus mengantre dengan warga lain untuk mendapatkan air bersih. "Jadi ketika kita berangkat (ke Nusakambamgan) siang, bisa jadi kita pulang tidak bawa air. Jadi kalau kita mau ambil air, ya paling tidak jam tiga atau jam empat dini hari," ungkapnya. Adanya Sidesi Mas yang setiap harinya mampu memproduksi sekitar 2 ribu liter, juga menghemat uang warga. Untuk kebutuhan perawatan, perbaikan dan operasional pengurus, warga dipatok Rp 1.500 per derigennya. Jauh lebih murah dari biaya mengambil air di Nusakambangan, yang mencapai Rp 5.000 perderigennya. "Untuk warga perhari bisa mengambil 5 derigen atau 150 liter. Yang pasti Sidesi Mas ini mengurangi beban warga Bondan, tanpa harus ke Nusakambangan," terangnya. Setelah listrik dan Sidesi Mas, dari warga dengan pendampingan KPI Unit Cilacap, mulai membangun industri rumahan berupa makanan. Area Manager Communication, Relations & CSR RU IV Cilacap-PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), Cecep Supriyatna mengatakan, fasilitas Sidesi Mas diresmikan langsung General Manager Pertamina Refinery Unit (RU) IV Cilacap Joko Pranoto pada 12 September 2020. “Fasilitas ini menjadi solusi penting, dalam mengatasi persoalan kelangkaan air bersih yang memenuhi standar baku mutu air sanitasi,” ungkapnya. Sidesi Mas, Cecep menambahkan, berada satu komplek dengan Pembangkit Listrik Tenaga Hibrid (PLTH) yang juga binaan program CSR Pertamina. Fasilitas berkapasitas 240 liter/jam ini merupakan kerjasama Pertamina dengan Politeknik Negeri Cilacap (PNC). “Dengan jumlah warga dusun ini sekitar 80 KK, fasilitas ini cukup untuk kebutuhan warga,” katanya. (*)

Tags :
Kategori :

Terkait