Petugas Kesehatan Terlambat, Bayi di Kawunganten Lahir Dibantu Penunggu Pasien

Senin 26-07-2021,11:27 WIB

GENDONG: Bersama suami, Samini (45) menggendong bayinya yang baru lahir di Puskesmas Kawunganten, tanpa bantuan petugas. (ISTIMEWA) CILACAP - Belum genap setahun, kejadian bayi baru lahir meninggal dunia akibat kelalaian petugas kesehatan di Puskesmas Kawunganten. Hal serupa nyaris terjadi kembali di Puskesmas yang sama, pekan lalu. https://radarbanyumas.co.id/bayi-meninggal-warga-keluhkan-penangan-puskesmas-kawunganten-di-facebook-dinkes-cilacap-lakukan-investigasi/ https://radarbanyumas.co.id/percepat-vaksinasi-satgas-covid-19-cilacap-tambah-jumlah-vaksinator/ Samini (45), warga Dusun Purwosari RT 1 RW 1 Desa Babakan Kecamatan Kawunganten mengaku kurang mendapatkan pelayanan di Puskesmas Kawunganten. Dimana tidak ada satupun petugas atau bidan di sampingnya saat kontraksi dan proses persalinan. Dijelaskan, kejadian bermula ketika Samini yang sedang hamil tua mulai merasakan kontraksi hebat pada Rabu (21/07) sore. Tanpa membawa perlengkapan karena panik, pasien langsung dibawa oleh suaminya, Jumar, ke Puskesmas Kawunganten yang jaraknya sekitar 13 Kilometer dengan menggunakan ambulance desa. Sampai Puskesmas Kawunganten sekira pukul 17.30 WIB, pasien yang pada tanggal 13 Juli lalu dinyatakan positif Covid-19 ini, oleh tenaga kesehatan langsung diarahkan ke ruang isolasi Covid-19. "Saat sampai Puskesmas kami diterima dan dilayani dengan baik oleh petugas," kata Sanen anggota keluarga Samini yang bertindak sebagai sopir ambulance milik Desa Babakan, Minggu (25/7). Karena dianggap sudah mendapatkan pelayanan baik, Sanen dan Jumar suami pasien pulang ke rumah di Babakan mengambil kebutuhan persalinan. Seperti baju bayi, bedong dan lain sebagainya. Sekira pukul 20.15 WIB, Jumar kembali ke Puskesmas Kawunganten dan mendapatkan istrinya sudah melahirkan bayi perempuan pada pukul 20.00 WIB. Dari keterangan penunggu pasien di sebelah ruangan Samini, yakni Muhroni warga Dusun Cikerang Kawunganten. Sekira pukul 19.00 WIB, pasien sudah berteriak-teriak memanggil petugas. Karena tidak ada yang datang, Muhroni yang sedang menunggu istrinya yang sakit kanker berinisiatif ke ruangan petugas dan menyampaikan kondisi pasien bernama Samini. "Menurut pak Muhroni para petugas tidak meresponnya, mereka malah pada sibuk mainan handphone," imbuh Sanen. Karena tidak direspon petugas Puskesmas, Muhroni kembali ke ruangan Samini dan memberanikan diri untuk menolong dan dan membantu persalinan pasien. "Setelah bayi lahir, menangis keras dan terdengar petugas barulah perawat atau bidan datang dan menolong. Sementara kondisi ibu bayi sudah dalam keadaan cukup lemas," jelasnya. Setelah mendapatkan perawatan cukup, Samini dan bayinya diperbolehkan pulang pada Kamis (22/7). "Tentunya kami sangat menyayangkan pelayanan ini. Karena ini menyangkut nyawa manusia," tandasnya. Pujiati, Bidan Puskesmas Kawunganten yang sedang piket saat kejadian tidak membantah kabar tersebut. Dia membenarkan memang tidak ada tenaga kesehatan di ruang persalinan saat Samini kontraksi hebat. Proses persalinan yang cukup cepat menurut dia diluar perkiraanya. Selain itu, dia menambahkan, tidak cepatnya respon petugas karena pasien terpapar covid-19 dan hepatitis B. Oleh karena itu, petugas harus menggunakan APD (Alat Pelindung diri) terlebih dahulu. "Waktu pasien memanggil, kita persiapkan APD karena tahu bahwa pasien terpapar Covid-19 yang berpotensi bisa menular. Dan bukan hanya itu, pasien juga ada penyakit lain yaitu hepatitis B yang berpotensi menular" jelas Pujiati. Meski telat dalam penanganan, pihaknya klaim sudah melakukan gerak cepat setelah mengetahui bayi sudah lahir. "Memang kita kesana bayi sudah lahir, selanjutnya kita tangani dengan sebaik baiknya sesuai SOP, baik bayi maupun ibu bayi semua kita tangani dan layani dengan baik," imbuhnya. Saat petugas datang di ruang persalinan, plasenta atau ari-ari belum dikeluarkan, yang kemudian dengan cepat plasenta tersebut dipotong. "Setelah plasenta berhasil kami keluarkan, kita langsung beri suntikan Vitamin K, itu untuk mencegah agar tidak terjadi perdarahan otak pada bayi, pemberian salep pada mata bayi, memotong tali pusar selanjutnya bayi kita timbang berat badan diukur tinggi badan bayi," jelasnya. (nas)

Tags :
Kategori :

Terkait