Empat Orang Satu Keluarga Dibantai Di Sigi, Tak Ada Gereja Dibakar

Senin 30-11-2020,10:22 WIB

Kelompok Teroris MIT Pimpinan Ali Kalora Bunuh Empat Warga di Dusun Lewonu, Desa Lemban Tongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Sabtu, 28 November 2020. Foto istimewa/Humas Polri JAKARTA - Pemerintah mengutuk aksi pembantaian terhadap empat orang dalam satu keluarga di Sigi, Sulawesi Tengah. Aparat keamanan diminta memburu pelaku dan menindak tegas sesuai ketentuan yang berlaku. Menteri Koordinator Politik hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD mengutuk keras aksi sadis di Sigi. Pemerintah menyatakan duka cita yang mendalam kepada para korban dan keluarganya atas kejadian tersebut. https://radarbanyumas.co.id/sadis-hanya-karena-cemburu-lihat-chat-suami-tega-bunuh-istri/ "Pemerintah akan melakukan tindakan tegas dan memburu pelaku melalui Tim atau Satgas Operasi Tinombala terhadap para pelaku kekejian dan kebengisan terhadap suatu kelurga yang menyebabkan terbunuhnya 4 orang di Sigi. Tentu pemerintah mengutuk keras kepada pelakunya dan menyatakan duka yang mendalam kepada korban dan keluarganya," ujar Menko Polhukam Mahfud MD dalam keterangan persnya, Minggu (29/11). Menurutnya, pemerintah sesuai perintah Presiden Joko Widodo telah melakukan langkah-langkah pengejaran. Bahkan pihak keamanan telah mengepung tempat-tempat yang dicurigai memiliki keterkaitan dengan para pelaku. "Pemerintah juga sudah melakukan langkah-langkah untuk melakukan pengejaran, tadi tim Tinombala sudah menyampaikan tahap-tahap yang dilakukan untuk mengejar pelaku. Tim melakukan isolasi serta pengepungan terhadap tempat yang dicurigai ada kaitan dengan para pelaku," ungkapnya. Adapun pelaku pembantaian tersebut, menurut pemerintah adalah sisa-sia kelompok Santoso atau biasa dikenal Mujahidin Indonesia Timur (MIT). "Memang pelakunya adalah Mujahidin Indonesia Timur. Kelompok Mujahidin Indonesia Timur ini adalah sisa-sisa kelompok Santoso. Kini masih tersisa beberapa orang lagi, dan operasi Tinombala, atau Satgas Tinombala sedang mengejar sekarang," katanya. Atas peristiwa ini, pemerintah berharap, para pimpinan umat beragama khususnya di Sulawesi Tengah, tetap jalin silaturrahim. Agar masyarakt tidak terprovokasi isu-isu sara. Padahal sejatinya agama apapun hadir untuk membangun perdamaian. "Diharapakan oleh Pemerintah kepada seluruh pimpinan umat beragama di Sulawesi Tengah terutama, terus melakukan silaturahim, untuk tidak terprovokasi oleh isu-isu sara. Karena sebenarnya yang terjadi bukan di sebuah gereja, tetapi memang di sebuah tempat yang selama ini secara tidak rutin menjadi tempat pelayanan umat. Tetapi pelakunya memang Mujahidin Indonesia Timur. Demikian sikap pemerintah, nanti setiap perkembangannya akan diinformasikan," pungkasnya. Wakil Ketua MPR, Lestari Moerdijat pun mendesak agar aparat keamanan segera menangkap otak penyerangan di Desa Lemba Tongoa, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah pada Jumat (27/11) itu. "Aparatur keamanan harus tegas dalam menangani gangguan keamanan yang dilakukan teroris terhadap warga negara," kata dia. Dia juga meminta masyarakat agar tidak terprovokasi dengan aksi tersebut. Masyarakat harus bersatu melawan aksi terorisme. "Para pemangku kepentingan di setiap daerah juga diharapkan menanamkan nilai-nilai kebangsaan kepada warganya melalui berbagai kesempatan untuk mengantisipasi munculnya upaya-upaya adu domba antarumat beragama," pintanya. "Terpenting, pemerintah harus senantiasa melakukan pencegahan aksi-aksi terorisme dengan langkah-langkah yang efektif agar kejadian serupa tidak terulang," tambahnya. Terpisah, Kapolda Sulawesi Tengah, Irjen Pol Abdul Rakhman Baso, menegaskan, tidak ada bangunan gereja yang dibakar dalam peristiwa tersebut. “Saya ingin meluruskan bahwa di situ tidak ada gereja yang dibakar,” tegasnya. Dikatakannya yang dibakar hanya rumah yang dijadikan tempat pelayanan umat. “Di lokasi TKP ada 50 rumah transmigrasi setempat dan 50 rumah itu ada sembilan yang dihuni tetap kalau yang lainnya kembali,” katanya. Dari sembilan rumah ini, dihuni bukan hanya dari satu suku dan agama saja, namun terjalin toleransi yang sangat bagus di lokasi itu. Dijelaskannya, Jumat (27/11) pukul 09.00 WIB, salah satu rumah di Desa Lemba Tongoa, didatangi delapan OTK (orang tak dikenal), yang masuk lewat belakang. Mereka mengambil beras 40 kilogram. “Setelah itu melakukan penganiayaan tanpa ada pernyataan apa pun, menggunakan senjata tajam tanpa perikemanusiaan mengakibatkan empat orang korban,” katanya. “Setelah itu OTK membakar rumah sebanyak kurang lebih enam rumah dan saya sendiri sudah cek langsung ke TKP kemarin. Dari enam rumah ini empat yang terbakar habis dua hanya dapur bagian belakang itu pun bukan rumah inti rumah tambahan beratapkan alang-alang,” katanya. Baso memastikan pelaku kekerasan dilakukan kelompok MIT Poso pimpinan Ali Kalora. “Dari keterangan saksi yang melihat langsung saat kejadian yang kita konfirmasi dengan foto-foto, DPO MIT Poso, ada kemiripan,” katanya. Tujuan aksi kelompok MIT adalah menakuti masyarakat dan memecah-belah kesatuan dan persatuan warga yang selama ini sudah baik terjalin. “Jelas tujuan pelaku melakukan aksinya agar terjadi perpecahan kesatuan, khususnya menjalang Pilkada ini, karenanya jangan sampai terprovokasi,” ungkapnya. Dikatakannya, saat ini situasi sudah kondusif dan aparat keamanan sudah melakukan trauma heling kepada warga setempat. Bahkan, saat ini di lokasi telah ditempatkan sejumlah personel aparat keamanan. Pada kesempatan yang sama Komandan Korem 132/Tadulako, Brigjen TNI Farid Makruf, menegaskan Satgas TNI-Polri Operasi Tinombala terus memburu para pelaku. “Sekarang sedang kami pelajari dengan pengintaian kemudian lewat lain sebagainya. Kami berusaha terus mengejar mereka,” tegasnya. Dikatakannya, personel TNI yang terlibat dalam Satgas Tinombala dilengkapi pasukan mengejar, intel, dan pasukan Satgas teritorial. “Tugas kami adalah memperkuat pasukan Tinombala yang saat ini dipimpin oleh Bapak Kapolda dan saya sebagai wakilnya dan sejauh ini menurut saya sinergitas TNI-Polri sangat efektif sehingga membuat kelompok MIT Poso terdesak sehingga mereka merasa terancam dan melakukan jalur yang lain,” katanya. Dia juga mengimbau kepada semua pihak dan masyarakat untuk bisa bekerja sama agar perburuan terhadap kelompok MIT Poso bisa segara berakhir. “Saya mengimbau, tolonglah masyarakat jangan lagi membantu mereka dengan menyiapkan bahan makanan, menyiapkan informasi dimana keberadaan pasukan TNI-Polri yang mengejar mereka,” katanya. “Itu stop sudah, karena bisa dilihat bagaimana kekejaman MIT itu melakukan tindakan kekerasan, membunuh, membakar orang, merampok dan membakar rumah, itu sangat keterlaluan,” katanya.(gw/fin)

Tags :
Kategori :

Terkait