Identifikasi jasad yang ditemukan warga di hutan pinus milik Perhutani di Dusun Cipabeasan Desa Cilopadang, tertolong oleh benda yang melekat di jasad itu. Petugas sangat terbantu dengan pakain seragam pramuka dan sepatu yang masih melekat dan nampak utuh. Sementara, kondisi fisik korban sudah sulit untuk dikenali.
Petugas baru bisa memastikan kalau jenasah itu adalah Nafsul Mutmainah (16) setelah keluarganya ikut mendatangi lokasi. Keluarga bisa memastikan setelah melihat sepatu yang masih dikenakan korban.
"Keluarga kita datangkan saat identifikasi di lokasi. Mereka hafal dengan sepatu korban," ujar Kapolres Cilacap, AKBP Yudo Hermanto SIK melalui Kapolsek Majenang, AKP Fuad.
Informasi lain yang diterima Radarmas menyebutkan, korban sempat membeli sepatu dengan salah satu saudara kandung. Sepatu milik keduanya ini sama persis hingga mudah diingat oleh keluarga korban. Beberapa informasi bahkan menyebut sepatu ini punya merk yang sama. "Sepatunya sama dengan milik saudara dan belinya juga sama," ujar salah satu tetangga korban, Nasirudin.
Kepergian Nafsul membuat kaget semua pihak yang mengenalnya. Mulai dari kerabat, tetangga, teman hingga para guru di MA PP Desa Cibeunying. Seluruh orang yang mengenalnya tahu persis kalau anak ini sangat pendiam. Bahkan ada juga yang mengatakan dia merupakan tipe anak rumahan.
Orang tua Nafsul Mutmainah, Edi Muryadin dikenal sebagai orang yang taat menjalankan ibadah. Ini terlihat dari letak rumah tersebut yang berdampingan dengan mushola kecil. Edi bahkan kerap menjadi imam mushala.
"Anak ini pendiam sekali dan tidak banyak bertingkah," ujar Muhammad Yasir Amri, guru Bimbingan dan Konsultasi (BK) MA PP Cibeunying, kemarin. Hingga hari terakhirnya bersekolah, belum sekalipun Nafsul dipanggil ke ruang BK karena bermasalah.
Ditambahkannya, Nafsul Mutmainah bukanlah anak yang menonjol dalam bidang akademik ataupun non akademik. Para guru lebih mengingatnya sebagai anak pendiam dan tidak pernah menunjukkan tanda-tanda keganjilan. Termasuk beberapa hari sebelum dia dilaporkan hilang oleh kelurganya pada 2 April lalu. "Dia tidak menunjukkan tanda-tanda yang aneh. Masuk sekolah seperti biasa dan tetap sebagai anak pendiam," katanya.
Sementara itu, proses penyerahan jenasah dari petugas kepada keluarga dihujani isak tangis para pelayat. Mereka merupakan tetangga dan teman sekolah korban di MA PP Cibeunying. Suara isak tangis ini terus terdengar sesaat sebelum jenasah diberangkatkan ke pemakaman umum. Ratusan warga nampak mengantarnya ke liang lahat tempat peristirahatan terakhir. (har/dis)