Melihat Lebih Dekat Ragam Kreasi yang Ditampilkan di Festival Karnaval Majenang

Kamis 01-09-2016,15:47 WIB

Gelaran festival karnaval di Kecamatan Majenang beberapa waktu lalu, membawa beragam cerita menarik. Mulai dari hiruk pikuk siswa Kelompok Bermain (KB) dan Taman Kanak-kanak (TK), sampai dengan "ledakan meriam" yang mengagetkan. Belum lagi tampilan penuh kreasi dari tiap peserta. Hanya saja, jumlah peserta dari kontingen SD berkurang dibandingkan tahun lalu. HARYADI NURYADIN, Majenang Umbul-umbul dan replika bendera sudah mulai diturunkan dari tepi jalan dan pagar rumah. Lokasi lomba dan tasyakuran sudah bersih dari sampah dan sisa peralatan. Jalanan-pun kembali lenggang. Sementara panitia sudah kembali beraktifitas seperti biasa. Semua kegiatan yang dirancang untuk memeriahkan HUT RI selesai sudah. Dan dibalik kemeriahan festival karnaval di Kecamatan Majenang, menyisakan catatan kecil. Salah satunya tentang jumlah peserta dari KB, TK dan juga SD yang berkurang dibandingkan tahun lalu. Penyebabnya karena SD cenderung maju bersama-sama dalam satu gugus. Demikian juga dengan KB atau TK yang maju dengan membawa bendera induk organisasi. "SD gabung dalam satu gugus. TK juga. Seperti TK Aisyiyah atau Masithoh," ujar Udi Wahyudi, ketua seksi karnaval. Alasan yang diungkapkan peserta, katanya karena masalah dana. Bukan urusan gampang untuk terlibat dalam karnaval karena butuh dan besar. Biaya ini dibutuhkan untuk pengadaan baju, kendaraan hingga pendaftaran. Belum lagi, katanya jika harus menghias kendaraan. Demikian juga dengan siswa yang mengenakan pakaian adat. Biaya akan semakin membengkak jika harus ditanggung oleh satu lembaga pendidikan. "Kalau gabung, biaya bisa ditekan," katanya. Namun biaya, sepertinya tidak berlaku bagi peserta dari kalangan SMA, SMK atau umum. Mereka justru nampak jor-joran dengan membangun kendaraan hias, membawa beragam alat peraga. Atau menyiapkan pasukan dengan kostum khusus. Sebut saja membangun kendaraan hias oleh salah satu rumah sakit swasta di Majenang. Rumah sakit ini membawa 2 unit kendaraan dan sudah dihias. "Kalau peserta umum banyak yang membangun kendaraan hias. Banyak juga yang memakai pakaian adat," katanya. Dia melihat, hal ini merupakan kreatifitas peserta untuk mengakali tema yang sudah ditentukan panitia. Mereka saling unjuk kemampuan dalam mengolah tema menjadi ide dan dituangkan dalam beragam bentuk hiasan dan ornamen. "Justru yang umum lebih kreatif dan pesertanya lebih banyak," katanya. Bahkan ada satu sekolah yang membawa seluruh siswanya agar terlibat dalam festival karnaval. Sekolah ini tidak menargetkan juara. Kepala sekolah hanya menekankan agar semua siswa bisa dilibatkan dan terbagi dalam sub kontingen. "Ada yang seperti itu. Panitia tidak membatasi jumlah dalam satu kontingen," katanya. (*/ttg)

Tags :
Kategori :

Terkait