Bappeda Fokus Anggaran Perbaikan Tanggul

Rabu 10-02-2016,12:15 WIB

Tanggulangi Lahan Air Asin CILACAP-Menyikapi peristiwa meluapnya air laut di wilayah Pantai Bunton, dan Pantai Wlahar, Kecamatan Adipala, Dinas Pertanian dan Peternakan (Dispertanak) Cilacap akan segera melakukan fasilitasi permasalahan tersebut.     Kepala Dispertanak Ir Gunawan, MM melalui Kabid Tanaman Pangan dan Holtikultura Ermawati mengungkapkan, akan segera melakukan upaya sosialisasi varietas yang cocok pasca meluapnya air laut ke lahan persawahan. "Jadi akan dibantu lewat demplot," kata Kabid Tanaman Pangan dan Holtikultura Ermawati. Untuk bantuan benih kepada para petani, menurut Ermawati, terkendala aturan UU nomor 23 tentang bantuan hibah. Sedangkan untuk pengadaan bantuan di APBD sudah tidak bisa dilakukan. "Karena dalam pemberian bantuan perlu adanya kode rekening penerima," ungkapnya. Sementara upaya selain bantuan hibah diakuinya tidak tersedia. "Kita tidak ada bantuan sosial atau apapun, karena bukan termasuk kategori bencana," tuturnya. Sehingga ia kesulitan untuk memberikan bantuan. Berdasarkan pengalamannya di 2013 lalu, pemberian benih padi kepada daerah pesisir yang terdampak air laut, akan diberikan varietas banyu asin, dendang dan marga sari. Akan tetapi diakuinya, harga benihnya bisa tiga kali lipat dari benih padi pada biasanya. "Terlebih benih diambil dari daerah Sukamandi, Jabar," imbuhnya. Tidak menutup kemungkinan, bantuan benih nasional melalui Kementerian Pertanian bisa diusulkan meski waktu turunnya bisa sampai satu tahun. "Karena pengajuan akan melalui proses seleksi terlebih dahulu," tandasnya. Terpisah Kabid Prasarana dan Pemukiman Wilayah Bappeda Cilacap, Hamzah Syafroedin menjelaskan akan berkoordinasi dengan Dinas Bina Marga, SDA, dan ESDM untuk memfokuskan anggaran perbaikan tanggul. "Jadi mana-mana yang bisa diprioritaskan untuk dilakukan perbaikan sarpras," ujarnya. Ditempat terpisah, setelah mengalami kegagalan tanam akibat tanaman padi mudanya terkena air asin, petani di Desa Wlahar mulai menanam lagi. Hal itu juga dampak dihentikannya penambangan pasir dipantai yang ditandai dengan penyitaan alat berat. Koordinator petani Desa Wlahar Gunawan membenarkan jika petani sudah mulai menanam lagi. Dengan harapan petani bisa panen dan tidak terkena dampak air asin. Sebab petani rata-rata khawatir sawahnya kembali terkena air asin luapan pantai selatan. “Kemarin saat masih ada penambangan memang warga masih was-was untuk menanam. Namun sekarang mendingan,” kata dia. Dikatakan dia, rata-rata petani minimal harus mengeluarkan Rp 750.000 untuk biaya tanam. Dan jika sekali terkena dampak air asin maka petani akan rugi total. Sementara itu salah seorang perangkat Desa Wlahar Niswan yang aktif melakukan pendampingan petani kepada Radarmas membenarkan jika saat ini petani sudah lebih tenang. Sejak adanya penyitaan alat berat memang petani mulai bergairah lagi. “Paling tidak sudah ada “jaminan” jika lahan meraka bisa aman dari air asin yang selama tiga tahun terakhir menjadi momok bagi petani,”kata dia. (yan/rez/ttg)

Tags :
Kategori :

Terkait