PEMBICARA: Bupati saat menyampaikan materi dalam workshop. (ADITYA/RADARMAS)
PURBALINGGA - Istilah "Papa Momong Mama Kerja" atau familiar disebut "Pamong Praja", menjadi permasalahan serius yang memicu tingginya angka perceraian di Kabupaten Purbalingga.
Hal itu, diungkapkan oleh Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi saat menjadi keynote speaker pada acara, workshop Kunci Komunikasi Keluarga Yang Efektif Dengan Pendekatan Neurodominance, di ballroom Braling Grand Hotel, Minggu (16/1)).
“Ini adalah permasalahan riil yang dihadapi oleh sebagian besar masyarakat di Kabupaten Purbalingga. Bahkan tidak jarang istilah Pamong Praja ini menimbulkan permasalahan didalam keluarga. Salah satunya perceraian, dimana yang mengajukan gugatan cerai justru dari kaum perempuan, karena merasa bisa bekerja dan suami tidak bekerja,” katanya.
Dia menambahkan, banyaknya kasus perceraian disinyalir menjadi sabagai dampak negatif dari banyaknya perusahaan-perusahaan di Purbalingga. Sebab, diketahui Perusahaan kebanyakan merekrut kaum perempuan dan minim merekrut kaum laki-laki.
"Sebagai dampak dari banyaknya perusahaan-perusahaan yang merekrut banyak tenaga kerja, utamanya wanita. Menjadikan kaum laki-laki tidak kebagian pekerjaan (pengangguran), sehingga di Purbalingga muncul kiasan Pamong Praja," tambahnya.
Dia menilai, permasalahan degradasi moral dan tingginya angka perceraian di Kabupaten Purbalingga menjadi salah satu alasan penting workshop eklusif Kunci Komunikasi Keluarga ini diselenggarakan. Pasalnya segala sesuatu berawal dari lingkungan terkecil yakni keluarga.
https://radarbanyumas.co.id/blak-blakan-alasan-karena-tak-puas-diranjang-57-istri-gugat-cerai-kata-humas-pa-dulu-tidak-ada-alasan-itu-sekarang-emansipasi/
“Keluarga merupakan kelompok social yang terkecil, yang memiliki peranan yang sangat besar. Pembangunan keluarga merupakan pilar pertama dan utama dalam pembangunan nasional. Pembangunan Nasional dimulai dari lingkungan keluarga,” jelasnya. (tya)