PROTES: Petani di Purbalingga saat protes rencana impor beras yang diwacanakan pemerintah pusat. CAHYO/RADARMAS
PURBALINGGA - Para pengusaha penggilingan padi dan petani di Kabupaten Purbalingga “menjerit”. Pasalnya, saat panenn melimpah, harga gabah kering panen (GKP) dan harga gabah kering giling (GKG) cukup rendah. Saat ini hanya mencapai Rp 3.000 an di tingkat petani dan penggilingan.
https://radarbanyumas.co.id/baru-rencana-impor-beras-harga-gabah-di-petani-langsung-drop/
Padahal Harga Pembelian Pemerintah (HPP) GKP terbaru ditingkat petani seharusnya Rp 4.200 per kilogram dan di tingkat penggilingan menjadi Rp 4.250. Sementara, HPP GKG Rp 5.250 di tingkat penggilingan dan Rp 5.300 di gudang Perum Bulog. Harga beras di gudang Bulog juga naik menjadi Rp 8.300 per kilogram.
“Belum lagi ada wacana maupun rencana impor beras. Kondisi ini semakin mengkhawatirkan dan serapan beras di tingkat bawah akan sangat kurang,” tutur Rahmad Fajri, Sekjen Persatuan Penggilingan Padi (Perpadi) Kabupaten Purbalingga, Kamis (25/3).
Jika sampai bulan depan Perum Bulog tidak segera menyerap gabah petani, maka kondisi semakin buruk. Minimal serapan lambat dan harga semakin jauh dari harapan.
“Intinya secepatnya Bulog segera membeli gabah/beras petani. Sebulan lagi belum dibuka penyerapan oleh Bulog, maka panen sudah rampung, sama seja bohong,” ungkapnya.
Para pemilik penggilingan padi di Purbalingga juga mengeluh. Stok beras mereka menumpuk dan tidak laku dijual. Salah satu penggilingan padi yang berasnya tidak terserap berada di Desa Brobot, Purbalingga. Terdapat puluhan ton beras yang menumpuk karena tidak laku dijual.
Penggilingan padi ini memproses gabah menjadi beras. Beras lalu dikemas dalam plastik ukuran 5 kilogram dan 20 kilogram. Puluhan ton beras, sebagian merupakan titipan petani dan sebagian lainnya milik penggilingan padi.
Beras tidak laku dijual karena tidak ada pedagang yang datang membeli. Menumpuknya beras diduga karena kini tengah panen raya. Jika rencana impor beras pemerintah diwujudkan, dipastikan beras milik petani semakin menumpuk dan tidak laku dijual.
Dia mengakui, musim panen menjadi penyebab harga beras anjlok karena jumlahnya melimpah. Sedangkan Kabupaten Purbalingga, merupakan salah satu sentra produksi beras yang menyangga kebutuhan beberapa daerah lainnya.
“Kami juga berharap pemerintah membatalkan rencana impor beras ke Indonesia. Jika rencana diwujudkan, harga beras dipastikan semakin anjlok,” tegasnya. (amr)