Kebutuhan Bawang Putih Purbalingga Masih Disuplai dari Luar Daerah

Sabtu 27-08-2016,02:20 WIB

PURBALINGGA - Pemkab Purbalingga melakukan penandatanganan kerjasama klaster dengan Kantor Perwakilan Wilayah Bank Indonesia (BI) Purwokerto di Kabupaten Karanganyar, Selasa (23/8) lalu. Penandatanganan kerjasama dilakukan untuk mengendalikan inflasi kelompok makanan yang sering bergejolak, salah satunya dari kelompok bawang putih yang sering mengandalkan impor. Kerjasama telah diawali dengan penanaman bawang putih di Desa Kutabawa, Kecamatan Karangreja. Penanaman bawang dilakukan di lahan tanah milik Kelompok Tani Giri Waluyo dengan luas 5.000 meter persegi. "Penandantangan merupakan tindak lanjut dari kegiatan tersebut," kata Wakil Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi SE BECon, kemarin (25/8). Dia menjelaskan, dengan kondisi alam pegunungan, potensi lahan di Desa Kutabawa dan Serang dapat didayagunakan untuk penanaman bawang putih seluas 10 hektare. Kebutuhan bawang putih di Kabupaten Purbalingga masih disuplai dari Wonosobo dan Karanganyar. Diharapkan, penanaman bawang putih di Kutabawa bisa membuat Purbalingga tak perlu mendatangkan bawang putih dari daerah tetangga atau impor. Kepala Kantor Perwakilan BI Jawa Tengah Iskandar Simorangkir mengatakan, BI terlibat dalam penanaman bawang putih untuk pengendalian laju inflasi yang rendah. Berdasarkan hasil kajian BI, penyebab laju inflasi salah satunya berasal dari kelompok makanan yang sering bergejolak. Salah satunya berasal dari kelompok bawang putih. “Ketika inflasi tinggi pastinya akan mengurangi daya beli masyarakat terutama bagi masyarakat berpendapatan tetap dan rendah. Kedua mengurangi daya saing produk-produk dalam negeri,” katanya. Dengan adanya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) juga berpengaruh terhadap persaingan antar negara Asean. Jika dilihat dari laju inflasi 5 tahun terahir laju inflasi Indonesia yang sekitar 5,5 persen, Thailand 1,74 persen, Singpura 2,9 persen, dan Malasya, 2.3 persen. Sehingga berpengaruh terhadap daya saing produk Indonesia dengan ketiga negara Asean tersebut. “Setidaknya di dua tahun terakhir potensi kontribusi bawang putih tehadap inflasi di Jawa Tengah sebesar 0,56 persen,” ungkapnya. Selain itu, dengan adanya pembebasan bea masuk bawang putih sejak tahun 2005 maka kebutuhan bawang putih nasional ditopang dengan bawang putih impor sebesar 95 persen. Dimana pada tahun 1996 produk bawang putih Indonesia mencapai 190 ton, dan sekarang tinggal 20 ton akibat masuknya bawang putih impor yang secara kualitas baik dan lebih murah. (tya/sus)

Tags :
Kategori :

Terkait