Warga Iring Nasi Penggel dan Pejabat Desa Mandi Bersama di Sungai
Bulan Sadran dalam bahasa Jawa atau bulan Syaban menjadi bulan yang istimewa bagi sebagian besar masyarakat Desa Onje Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga. BUlan Syaban itu disambut dengan gegap gempita. Menyambut Bulan Sadran itu, masyarakat menggelar prosesi khusus. Pada malam hari, warga menyuguhkan tumpeng dalam ukuran besar dan dimakan bersama. Namun sebelum makan nasi penggel, warga harus mandi di pertemuan (tempuran) arus tiga sungai, masing- masing Sungai Thahab, Sungai Paku dan Sungai Pingen.
AMARULLAH NURCAHYO, Purbalingga
Sekitar pukul 21.00 malam Jumat Kliwon kemarin, halaman Pendopo Desa Puspa Jaga Desa Onje dipenuhi warga. Tua, muda dan anak- anak semua menjadi satu. Tak heran, pendapa di halaman kantor desa itu tumpah ruah saking banyaknya warga yang mengikuti prosesi Nyadran tahunan.
Sekilas terlihat lampu listrik dipadamkan oleh petugas ritual di pendapa balai desa itu. Pemandangan indah segera nampak, Ratusan obor mengelilingi halaman dan pendapa. Sembari diiringi musik gamelan khas Jawa, prosesi berdoa bersama di dekat tumpeng berukuran besar dimulai.
Berbagai kidung, sholawat dan doa dalam Bahasa Jawa dilantunkan. Kepala desa setempat malam itu bak raja yang duduk di singgasana. Dia yang nantinya akan menerima simbolis nasi tumpeng sebelum diarak ke Masjid tertua di Purbalingga, yaitu Masjid Sayyid Kuning.
Kurang lebih 40 menit prosesi di pendapa usai. Rombongan segera menuju ke Masjid Sayyid Kuning yang berjarak sekitar 500 meter dari balai desa. Atraksi obor dengan api menyala besat mengiringi salawatan di sepanjang jalan.
Di barisan paling depan, ratusan anak-anak warga desa setempat membawa obor untuk penerangan. Di belakangnya, dengan busana adat Jawa, Kades Onje Budi Tri Wibowo, tokoh agama dan tokoh masyarakat, dan empat orang berbusana adat Jawa yang memikul tandu berisi nasi penggel, yakni nasi yang dibentuk bulat seperti bola pingpong.
“Rangkaian kegiatan dimulai dengan Kidungan Penggel di balai desa. Kemudian Nasi Penggel itu diarak ke mesjid Sayyid Kuning, Nasi penggel ini untuk acara selamatan warga," tutur Takmir Masjid Raden Sayyid Kuning, Muhammad Kyai Maksudi.
Selain nasi penggel yang ditandu dari Balai Desa, disediakan pula ribuan nasi yang sama dalam takir (bungkus daun pisang atau daun jati) yang dibagikan kepada tamu dan warga setempat. Setelah dibacakan doa keselamatan oleh Kyai Maksudi, warga ramai-ramai menyantap nasi penggel.
Sebelum menyantap nasi penggel, warga beriringan menuju ke Jojok Telu, yakni sebuah tempuran (pertemuan) tiga Sungai Tlahab, Sungai Paku dan Sungai Pingen, tidak jauh dari kompleks Masjid Raden Sayyid Kuning. Di tempuran, setelah didoakan oleh Kyai Maksudi, sejumlah warga melakukan ritual mandi dan berendam. Karena kondisi debit air sungai yang tengah meluap, warga mempersingkat acara mandi dan berendam di tempuran tersebut.
“Mandi dan berendam di Jojok telu itu untuk bersuci sebelum memasuki bulana suci Ramadan. Seperti bila hendak salat kita harus berwudu,” kata juru kunci Desa Onje ini. (*)
KETERANGAN FOTO
Unik : Prosesi Nyadran Desa Onje ketika menyantap nasi Penggel, Kamis (19/5) tengah malam.
Mandi : Kyai Maksudi memandikan Kepala Desa dan Perangkat desa Onje di tempuran 3 sungai tengah malam.