Lima Warga eks Gafatar Kembali Dipulangkan

Sabtu 06-02-2016,12:18 WIB

PURBALINGGA - Gelombang kedatangan warga eks Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) asal Kabupaten Purbalingga masih berlangsung. Kemarin (5/2), lima warga eks Gafatar ke Purbalingga kembali datang.Mereka dijemput langsung dari Asrama Haji Donohudan dan akan dikembalikan ke keluarganya di Desa Pesunggingan Kecamatan Pengadegan. Kepala Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Satya Giri Podo mengatakan, lima warga eks Gafatar tersebut, merupakan satu keluarga dari Desa Pasunggingan RT 23/ RW 9, Kecamatan Pengadegan. Yakni terdiri dari pasangan suami dan istri, Ahmad Sajirin dan Khotimah. Serta ketiga anaknya Aulia Rahmawati, Imam Maulana Malik dan Bayu TP. "Mereka kembali ke Purbalingga, dijemput langsung dari Asrama Haji Donohudan Boyolali. Selanjutnya mereka akan dikembalikan ke keluarganya di Desa Pasunggingan," ujarnya kepada Radarmas ditemui di kantornya. Dia menambahkan, berbeda dengan perlakukan terhadap 103 warga eks Gafatar yang masuk dalam gelombang pemulangan tahap pertama. Kelima warga eks Gafatar tersebut, tidak akan menjalani proses karantina di Gedung Balai Benih Ikan (BBI) Kutasari. "Mereka langsung kami pulangkan ke keluarganya, melalui pemerintah desa (Pasunggingan) dan Pemerintah Kecamatan (Pegadegan)," imbuhnya. Namun, mereka juga melalui prosedur pemulangan sama seperti warga eks Gafatar, yang sudah dikembalikan pada gelombang pertama. Mereka didata oleh Petugas Identifikasi Satreskrim Polres Purbalingga dan diperiksa kesehatannya oleh tim dokter dari Dinas Kesehatan Purbalingga. Mereka juga mendapatkan pendampingan dari tim konseling yang dibentuk oleh Pemkab Purbalingga. Selain konseling, seluruh warga eks Gafatar tersebut, juga dengan sukarela kembali mengucapkan kalimat syahadat dan kembali ke ajaran agama mereka sebelumnya yakni Islam, di bawah bimbingan petugas dari Kementrian Agama (Kemenag) Purbalingga. Giri juga mengungkapkan, kemungkinan besar pemulangan kelima warga eks Gafatar asal Purbalingga tersebut, bukan gelombang yang terakhir. Sebab, beberapa daerah juga memulangkan warganya hingga tiga tahap. "Kami masih menunggu data dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Jika ada data dan kami diminta menjemput, maka kami akan menjemput mereka," jelasnya. Sementara itu, warga eks Gafatar Ahmad Sajirin mengatakan, dirinya ikut Gafatar karena tertarik dengan program pelatihan pertanian, yang diberikan. "Saya terdaftar di Gafatar hanya sebagai simpatisan. Saya berangkat ke Kalimantan, karena mereka menjanjikan kehidupan yang lebih baik, dengan bertani," ujar pria yang menjadi anggota Gafatar sejak 2012 tersebut. Dia mengaku, setelah mengetahui Gafatar merupakan organisasi terlarang dan sesat, dia enggan kembali lagi untuk bergabung. Dia juga mengaku, tidak akan kembali mengikuti ajaran agama yang diberikan oleh Gafatar. Hal senada juga diungkapkan oleh istrinya, Khotimah. "Kami ingin kembali lagi beraktifitas seperti biasanya di Purbalingga. Kami pergi ke Kalimantan karena murni latar belakang ekonomi. Kami ingin mendapatkan penghidupan lebih layak di sana (Kalimantan, red)," akunya. (tya)

Tags :
Kategori :

Terkait