KEMBALI CERIA: Pemilik usaha stik es krim menata produk yang sudah dipotong. FIJRI/RADARMAS
KEMRANJEN - Pandemi corona virus sempat melumpuhkan usaha stik es krim milik Tuhyi Musifah. Bahkan hingga tak mampu membayar perajin yang tersebar di beberapa kecamatan dan kabupaten.
Sebab, penjualan stik es krim mandek. Terdampak Kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di awal terjadinya wabah hingga berganti tahun. Stik es krim siap jual hanya menumpuk.
"Sampai tidak bisa membayar perajin yang packing stik es krim," kata Ipah, sapaan akrab warga Desa Kecila Kecamatan Kemranjen itu, Selasa (7/12).
Usaha yang dirintis sejak 2012 silam mengalami pasang surut. Fase terberat yang harus dilalui adalah pandemi corona virus.
Stik es krim tidak hanya untuk es. Juga, dibutuhkan untuk jajanan dan kerajinan tangan. Sedangkan pasar tidak menyerap dengan adanya PPKM darurat dan level 4.
"Beberapa bulan terakhir ini sudah mulai banyak permintaan stik es krim lagi. Tapi, muncul was-was. Apakah nanti jadi ada PPKM level 3 natal dan tahun baru," ujar Ipah.
Usaha stik es krim telah membuka lapangan kerja terutama bagi warga sekitar. Awalnya, untuk pengeringan bahan baku menggunakan oven. Karena minat warga untuk bekerja, pengeringan diganti manual dan oven dihentikan.
https://radarbanyumas.co.id/wbp-kelas-ii-a-purwokerto-diberi-keterampilan-pembuatan-stik-es-krim/
Orang yang berminat pada bagian packing stik es krim atau perajin dalam perkembangannya juga bertambah. Biasanya yang pulang dari merantau tidak berangkat lagi.
"Pagi hari sampai antri orang yang mengambil stik. Situasi sudah kembali normal. Untuk yang di luar wilayah Kemranjen, ada koordinatornya masing-masing. Di Sumpiuh ada, Banjarnegara juga ada," imbuhnya.
Sembilan tahun berjalan usaha stik es krim Ipah. Disebutnya bisa bertahan karena salah satunya ada perajin yang membutuhkan pekerjaan. (fij)