Siswa SMP Meninggal Dunia Karena Kecanduan Game Online, RSUD Banyumas: Gangguan Karena Game Masuk Klasifikasi

Kamis 27-05-2021,08:00 WIB

KEMRANJEN - Siswi SMP asal Desa Pageralang, Kecamatan Kemranjen, meninggal dunia, Selasa (25/5). Diduga penyebab E (12) meninggal karena gangguan saraf karena kecanduan game online. Dalam narasi yang beredar melalui grup-grup WhtasApp, E kecanduan game online seperti Mobile Legend, Free Fire dan PUBG, sehingga sarafnya terganggu. Bahkan siswi kelas VII ini sampai tidak mengenali dirinya sendiri, karena larut dalam karakter game online. https://radarbanyumas.co.id/kena-saraf-akibat-kecanduan-game-online-siswa-smp-di-banyumas-ini-meninggal-dunia/ Saat dikonfirmasi, Kapolsek Kemranjen AKP Supardi membenarkan kabar meninggalnya E. Menurutnya, dari data Bhabin yang berasal dari keterangan orangtua E, anaknya meninggal karena gangguan saraf akibat biasa main game online. "Sebelumnya sudah dibawa ke rumah sakit. Namun kemudian pulang, dan meninggal di rumah dan dimakamkan di Sibalung," kata Kapolsek. Terpisah, Wakil Direktur Pelayanan RSUD Banyumas dr. Rudi Kristiyanto menerangkan, pasein berinisial E sempat menjalani perawatan di RSUD Banyumas pada 16-17 Mei minggu lalu. Pasien didiagnosis mengalami gangguan mental organik (GMO) dan encephalitis. https://radarbanyumas.co.id/kasus-meninggal-karena-kecanduan-hp-ini-kata-dokter/ "Pasien didiagnosis gangguan mental organik dan encephalitis, berdasarkan rapat bersama antara dokter spesialis jiwa dengan dokter spesialis anak," jelas Rudi. Dikatakan, pasien diprogram CT scan dengan obat-obatan yang sudah dijalankan. Obat-obatan masuk sesuai dengan indikasi medisnya. Namun pada kasus pasien E batal dilakukan CT scan. Sebab, ada penolakan CT scan. "Meninggalnya di rumah karena menolak tindakan untuk penegakkan diagnosis," imbuhnya. Diterangkan, secara umum gangguan yang muncul akibat aktivitas berlebih dengan game ada dalam dunia medis. Gangguan game didefinisikan dalam revisi ke-11 dari Klasifikasi Penyakit Internasional (ICD-11). Yakni sebagai pola perilaku bermain game yang ditandai dengan gangguan kontrol atas game. Gangguan tersebut menimbulkan konsekuensi negatif. Diantaranya pada pola perilaku, kerusakan signifikan dalam bidang fungsi pribadi, keluarga, sosial, pendidikan, pekerjaan atau penting lainnya. Biasanya konsekuensi negatif akan terbukti setidaknya selama 12 bulan. Sedangkan diagnosis pada anak, adalah gangguan mental organik dan encephalitis. "Istilah medis gangguan mental organik itu gangguan mental yang disebabkan kelainan organik. Organiknya encephalitis itu. Encephalitis itu gangguan pada otak," pungkasnya. Terpisah, Kasi Penyakit Tidak Menular (PTM) dan Keswa Dinkes Banyumas Jasun SKep MM mengatakan, sebelum ada kejadian E yang ramai diinformasikan di medsos meninggal karena sakit diduga akibat kecanduan game online, tidak pernah ada kejadian anak usia sekolah di Banyumas yang sampai meninggal dunia dipicu kecanduan game online. "Ada yang serupa di Somagede. Tapi hanya tidak mau sekolah," katanya, Rabu (26/5). Dikatakan, laporan terkait E diterima dari bidan desa. Bidan desa mengatakan, pada Minggu (16/5) pagi, E mengeluh sudah tidak bisa tidur dua hari, tidak mau makan, serta tidak mau minum. Dari hasil pemeriksaan, suhu tubuh E normal yakni 36,4 derajat celcius. Dilaporkan juga kondisi pasien saat itu gelisah dan sudah tidak mengenali lingkungan sekitar, jari-jari tangan bergerak-gerak, dan pandangan tidak fokus. Dari jawaban orangtuanya dikatakan kegiatan anak setiap hari banyak bermain HP. Sementara dari kakak korban mengatakan EH bermain game online. "Setelah dimotivasi untuk dirujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut, keluarga menyetujui. Pukul 10.00 WIB pasien dirujuk ke rumah sakit dengan pendampingan," terang dia. Setelah masuk ke rumah sakit pada Minggu (16/5), Rabu (19/5) keluarga membawa E pulang dengan pertimbangan ekonomi. Informasinya pasien tidak memiliki jaminan kesehatan dan memakai jalur umum. "Peserta BPJS baru 48 persen kalau saya tidak salah. Jadi masih banyak yang belum punya," pungkas Jasun. Kepala SMPN 1 Kemranjen Margono SPd membenarkan bahwa EH merupakan siswinya. Dari informasi yang didapat, E sempat dirawat di rumah sakit. Sebelum meninggal, informasinya menunjukan gejala seperti linglung atau hilang ingatan sampai tidak mengingat nama orang tuanya. Yang diingat hanya nama-nama pemain games. Tangannya juga bergerak-gerak layaknya bermain games. "Tidak ada kendala selama mengikuti PJJ dari rumah. E juga jarang ke sekolah. Internet dari rumah lancar dan mempunyai HP infonya baru sejak PJJ. Sebelumnya tidak punya," katanya kepada Radarmas, Rabu (26/5). Margono menuturkan, pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) terlalu lama sehingga siswa merasa jenuh. Menurutnya, siswa bermain game namun kurang terkontrol orang tua. Apalagi sekolah juga sulit mengawasi siswa di rumah. "Semoga bisa menjadi pembelajaran untuk semua, terutama siswa, ortu dan sekolah. Jangan terjadi pada siswa yang lain. E anaknya pintar dan rajin mengerjakan tugas," ungkap dia. (fij/yda)

Tags :
Kategori :

Terkait