GRAFIS
BANYUMAS - Puncak musim hujan di Banyumas, berdasarkan prakiraan BMKG bakal terjadi pada November hingga Januari mendatang. Saat puncak hujan tersebut, hampir seluruh wilayah di Kabupaten Banyumas berpotensi bencana, seperti tanah longsor, banjir hingga angin puting beliung.
"Berdasarkan prakiraan BMKG, pada puncak musim hujan nanti curah hujan mencapai 450 mm, tapi itu tidak merata. Curah hujan tertinggi di wilayah sebelah utara, yang berdekatan dengan Gunung Slamet," kata Koordinator TRC BPBD Banyumas Kusworo, Jumat (16/11).
Ia menyebutkan, kecamatan yang rawan puting beliung antara lain Cilongok, Ajibarang, Wangon, Jatilawang, Purwojati, Baturraden, Kedungbanteng, Patikraja, dan Sumbang. Tak menutup kemungkinan, angin puting beliung juga rawan terjadi di wilayah perkotaan meliputi, Purwokerto Utara, Purwokerto Selatan, Purwokerto Barat dan Purwokerto Timur.
Menurutnya, angin puting beliung biasanya disertai dengan adanya hujan lebat. "Umumnya terjadi antara siang hari sampai sore hari, karena pengaruh udara panas, baik itu di daratan maupun lautan," jelasnya.
Dari data yang dihimpun, pada awal musim hujan ini dua rumah warga rusak dan satu terancam. Masing-masing di Desa Kutaliman, Dawuhan Wetan, keduanya di Kecamatan Kedungbanteng dan Desa Banjarpanepen, Kecamatan Sumpiuh. Selain itu, 13 rumah di Desa Banjarsari Kulon dan Kotayasa, Kecamatan Sumbang rusak akibat angin puting beliung. Angin puting beliung juga merobohkan pohon di beberapa lokasi di Purwokerto dan Baturraden.
Di Patikraja pada Rabu lalu satu rumah juga rusak akibat terpaan angin puting beliung. Rumah Riyanto warga Desa Karangendep, Kecamatan Patikraja ini membuat atap rumah berupa asbes hancur dan terbang.
Sementara untuk bencana tanah longsor, menurutnya kebanyakan berada di wilayah Banyumas Bagian Barat dan beberapa di Banyumas Timur. "Hampir seluruhnya kecamatan di Banyumas Bagian Barat rawan tanah longsor, seperti Gumelar, Ajibarang, Pekuncen, Wangon, Cilongok, dan Lumbir, serta di Tambak dan Kemranjen," lanjutnya.
Sebelumnya longsor menimpa rumah milik Sihud (51) warga Grumbul Cidora, Desa Sawangan, Kecamatan Ajibarang. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut namun dinding rumah Sihud yang terbuat dari papan jebol dihantam tanah longsor hingga menyebabkan kerugian mencapai Rp 8 juta. Longsor juga terjadi Desa Kedunggede, Kecamatan Lumbir, akibatnya rumah milik Darso (35) tertimbun tanah.
Kerusakan rumah sebagian besar terdapat pada bagian atap, karena tersapu angin puting beliung. "Sebagian sudah ditangani masyarakat sendiri. Berdasarkan hasil assessment sukarelawan kami, ada beberapa rumah yang memerlukan bantuan material," pungkasnya.
Untuk mengantisipasi bencana akibat musim hujan, pihaknya telah melakukan sosialisasi kepada masyarakat. "Kami mengimbau masayarakat selalu waspada terhadap potensi bencana alam yang menyertai. Perhatikan tanda-tanda alam yang muncul di sekitarnya, lakukan pencegahan untuk mengurangi risiko bencana," kata dia.
Sementara untuk bencana banjir kerap terjadi di Kecamatan Sumpiuh dan Tambak. Seperti yang terjadi di Desa Prembun belum lama ini. Sebanyak empat titik tanggul Kali Cawang jebol. Dua titik jebol berada di area bendung Kecepak 3.
Kasi Pelayanan Desa Prembun Sudarnoto menyatakan, untuk mengantisipasi bertambah parahnya tanggul jebol, warga melakukan kerja bakti. "Membuat tanggul sementara dengan karung plastik," katanya. (ali/fij/why)