PURWOKERTO, RADARBANYUMAS.CO.ID - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Banyumas, mengajukan pengembangan TPA BLE ke pemerintah pusat dengan kebutuhan anggaran Rp 64 miliar. Anggaran tersebut nantinya bakal digunakan untuk pembangunan gudang RDF, bangunan bubur sampah, mesin cacah, alat pengering, dan alat berat.
"Kita bicara rencana pengelolaan kemampuan 40 ton per hari di TPA. Sekarang ini sudah masuk 253 ton per hari sampah, jika tidak segera diselesaikan maka akan berdampak kepada lingkungan," kata Kepala DLH Kabupaten Banyumas Widodo Sugiri.
Ia menuturkan, saat ini untuk kapasitas kemampuan mengolah sampah menjadi RDF baru 31 ton per hari dengan total sampah yang masuk sebanyak 253 ton.
"Setiap hari ada tundaan sekitar 200 ton lebih," ujarnya.
Menurutnya dengan jumlah tundaan tersebut, maka pengembangan TPA BLE mesti dilakukan dengan segera. Untuk itu diperlukan dukungan dari pemerintah pusat.
"Respon dari Kemen PU sangat baik. Nanti kita tindaklanjuti dengan berkirim proposal ke Kemen PU, Kementerian Lingkungan Hidup, dan Kemendagri. Proposal sedang kami proses," terangnya.
Ia menjelaskan, saat kunjungan Kementerian Pekerjaan Umum beberapa waktu lalu ke TPA BLE belum disampaikan terkait kapan bantuan akan diberikan.
"Kemarin belum disampaikan apakah tahun ini atau tahun depan," ucapnya.
Soal potensi pasar RDF, ia mengungkapkan, Kabupaten Banyumas sebetulnya sudah memiliki pasar dari PT Solusi Bangun Indonesia yang sudah membuka peluang untuk menaikkan kuota dari RDF dari Kabupaten Banyumas.
"Dari 65 ton bisa ditingkatkan menjadi 100 ton. Ini cukup besar, tapi kemampuan kita belum sebesar itu, kemampuan kita baru 30 ton. Kemampuan mesin kita sudah mulai menurun," jelasnya.
Harga RDF ia sebut, ditentukan berdasarkan kadar air. Semakin sedikit kadar airnya maka RDF akan lebih mahal.
"Dibawah 40 persen kisaran Rp 200 ribu per ton, kualitas paling bagus dibawah 15 persen itu Rp 400 ribu per ton. Kondisi hujan seperti sekarang masih diatas 30 persen," terangnya.
Melihat potensi tersebut ia mengatakan, potensi untuk menambah pendapatan asli daerah melalui RDF sangat terbuka lebar.
"Ada Rp 40 juta per hari. Kali satu bulan Rp 1,2 miliar kali 12 bulan ada potensi Rp 10 sampai Rp 12 miliar," pungkasnya (res)