*38 orang Tewas, 25 Hilang dan 14 Luka-Luka
PROVINSI Jawa Tengah (Jateng) berduka. Sebanyak 16 kabupaten/kota dilanda banjir dan longsor dalam waktu bersamaan. Akibatnya, 38 orang dilaporkan tewas, 25 orang dinyatakan hilang dan ratusan rumah rusak. BNPB himbau semua warga waspada. Adapun, 16 Kabupaten/kota tersebut berada di Purworejo, Banjarnegara, Kendal, Sragen, Purbalingga, Banyumas, Sukoharjo, Kebumen, Wonosobo, Pemalang, Klaten, Magelang, Wonogiri, Cilacap, Karanganyar, dan Kota Solo.
Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB menyampaikan, bencana hidrologi ini terjadi setelah hujan lebat mengguyur wilayah Jawa Tengah sepanjang Sabtu (18/6). Tak mampu menahan debit air, membuat sejumlah sungai meluap.
Tercatat, sebanyak 27 orang tewas dan 19 lainnya masih dalam pencarian akibat banjir dan tanah longsor yang melanda Kabupaten Purworejo Sabtu (18/6). Dari jumlah itu, lima di antaranya akibat banjir dan 41 lainnya akibat tanah longsor. Dua lokasi menjadi titik paling parah dan memakan banyak korban yakni Dusun Caok Desa Karangrejo, Kecamatan Loano dan Desa Donorati, Kecamatan Purworejo dimana masing-masing lokasi longsor menimbun 16 orang dan 14 orang.
Dilaporkan, 9 orang telah ditemukan dalam kondisi tewas di Desa Karangrejo, sementara 7 yang lain masih dalam pencarian. Sementara di Donorati, 11 orang masih tertimbun tanah, lima orang berhasil ditemukan dimana dua orang masih hidup dan sisanya meninggal dunia.
Kepala Pelaksana BPBD Purworejo, Boedi Hardjono dalam siaran persnya mengatakan lokasi lain yang memakan korban terjadi di Desa Pacekelan, Kecamatan Purworejo, dimana satu orang ditemukan meninggal akibat tertimpa longsoran di lokasi kejadian, sementara satu orang lain meninggal saat mendapat perawatan di RSUD dr Tjitrowardojo.
Tiga orang ditemukan meninggal dan satu orang masih dalam proses pencarian di Desa Jelok Kecamatan Kaligesing.
"Untuk korban banjir di Desa Berjan Kecamatan Gebang ada satu orang hanyut, Kecamatan Bagelen 1 orang dan 2 orang di Mranti (Kecamatan Purworejo,red) dan Tangkisan (Kecamatan Kutoarjo) satu orang," kata Boedi Hardjono, kemarin (19/6).
Dijelaskan Boedi, banyaknya korban di Karangrejo karena warga terjebak di jalan yang berada di bawah titik longsor dan tidak menyadari ada potensi longsor diatasnya. "Korban dari luar wilayah Karangrejo lebih banyak karena mereka terjebak longsor saat hendak melalui jalan itu," imbuh Boedi.
Jebakan itu terjadi saat ada truk yang baru saja mengantar pekerja ke Rimun, Kecamatan Purworejo hendak melaju ke arah Donorati. Truk berhenti karena sopir berusaha membersihkan batu yang menutup jalan. Di belakang truk terdapat beberapa motor serta warga yang hendak membantu proses pembersihan. "Tanpa disangka-sangka tanah longsor terjadi dan mendorong mereka ke bawah jalan dan tertimbun," katanya.
Sementara di Donorati, longsor terjadi di atas pemukiman yang padat penduduk. Kejadiannya sangat cepat dan warga tidak sempat menyelamatkan diri. "Proses evakuasi tidak bisa dilakukan segera setelah kejadian karena faktor cuaca. Tapi malam hari, kita sudah bergerak untuk mengamankan lokasi yang tergenang dan terkena banjir," imbuhnya.
Selain di Purworejo, beberapa daerah lain di Jawa Tengah, ujar Sutopo kembali, juga mengalami nasib yang sama. Kekhusukan ramadan harus terluka karena dua bencana hidrologi ini. Di Banjarnegara, bencana ini telah merenggut nyawa 6 orang. Sedangkan, 3 orang lainnya luka-luka.
Sementara, di Kebumen, bencana menewaskan 7 warga, Sukoharjo 1 orang, Rembang 1 orang dan Banyumas 1 orang. "Sebagian besar korban meninggal dan hilang akibat longsor yaitu dari 35 tewas adalah 31 tewas akibat longsor dan 4 tewas akibat hanyut banjir," tutur Sutopo.
Hingga saat ini, pencarian korban hilang, evakuasi dan penanganan darurat banjir dan longsor terus dilakukan. BPBD masih terus menginventaris kerugian yang ditimbulkan. Dari perkiraan sementara, kerugian mencapai miliaran rupiah.
Diakui Sutopo, proses pencarian korban hilang cukup sulit. Sebab, akses menuju lokasi sulit dijangkau, khususnya jalan menuju Desa Dorowati. Sehingga, alat berat tidak dapat digunakan untuk mencari korban tertimbun longsor.
Saat ini, Kepala BNPB Willem Rampangilei tengah menujo Purworejo untuk memimpin langsung proses penanganan bencana. Tim Reaksi Cepat BNPB telah berada di lokasi mendampingi BPBD dalam penanganan darurat. BNPB mengerahkan pesawat tanpa awak untuk melakukan kajian cepat dampak bencana. Masyarakat dihimbau untuk selalu waspada. Pasalnya, hujan lebat diperkirakan masih berpotensi turun hingga 20 Juni 2016. (mia/bil)