“Semoga setelah ini, Rosa mau kembali ke sekolah dan hidup lebih nyaman,” tambah Basuki.
BACA JUGA:Trio Gimbal dan Kriwil Jadi Magnet Pengunjung DLP
Ayah rosa mengungkapkan, selama Rosa mulai berambut gimbal dari usia 1 tahun, tidak ada yang berbeda dalam diri Rosa. Dia tumbuh seperti gadis kecil pada umumnya, ceria saat bermain bersama teman sebayanya.
Hanya saja, Rosa memiliki keberanian yang lebih dibanding gadis seusianya. Ia tak gentar bermain di laut atau menjelajahi tempat-tempat gelap dan seram, termasuk hutan dan gunung, yang biasanya pada anak seusianya menganggap tempat-tempat tersebut menyeramkan.
"Dia lebih berani, kalau mandi atau bermain di Pantai Laut Selatan, dia nggak ada rasa takut dengan ombak, dan juga diajak kemanapun, ke gunung, ke hutan, ke tempat yang gelap pun, dia nggak ada takutnya," ungkap Basuki.
Tokoh masyarakat Dieng, yang turut hadir dalam prosesi tersebut, Rasyid, menilai Rosa sebagai anak yang istimewa. Ia menjelaskan, anak dengan rambut gimbal biasanya hanya ditemukan pada anak-anak di kawasan Dieng, dan anak yang memiliki keturunan orang Dieng. Sehingga keberadaan Rosa yang tinggal di kaki Gunung Slamet sisi selatan ini, menjadi sesuatu yang langka.
“Ini pertama kalinya terjadi di Banyumas. Biasanya, anak berambut gimbal hanya lahir di Dieng. Mereka dipercaya sebagai simbol kemakmuran. Semoga ini juga menjadi awal dari kemakmuran bagi Banyumas,” ujar Rasyid.
Prosesi ini ditutup dengan doa bersama dan harapan baru bagi Rosa dan keluarga, serta masyarakat sekitar Perum Banteran, Sumbang. (dms)