BANYUMAS, RADARBANYUMAS.CO.ID - Masyarakat Desa Gumelar Kidul Kecamatan Tambak menggelar tradisi memetri bumi di jalan desa di komplek pemakaman umum, Selasa (15/10) Kliwon. Kegiatan sebagai pertanda memasuki masa tanam.
Kepala Desa Gumelar Kidul Imam Tobroni menceritakan sedekah bumi memasuki masa tanam merupakan tradisi turun temurun.
Bermula dari Mbah Mataram dan Kholifah sebagai tokoh yang babad alas mendirikan Desa Gumelar Kidul.
Menu makanan kesukaan Mbah Mataram yaitu tumpeng ole-ole. Tumpeng ini unik dan berbeda. Sebab, terbuat dari nasi ketan dan di dalamnya terdapat ingkung ayam serta serundeng kelapa.
BACA JUGA:Warga Desa Watuagung Pegang Teguh Tradisi Nyewu
BACA JUGA:Bada Kupat, Tradisi yang Tak Pernah Ditinggalkan Warga Watuagung Saat Lebaran
"Tumpeng ole-ole merupakan klangenan Mbah Mataram. Sehingga masyarakat Desa Gumelar Kidul setiap mengadakan sedekah bumi memasuki masa tanam tradisinya membuat tumpeng ole-ole," terang Imam di lokasi.
Kepala Desa Gumelar Kidul yang kebagian membuat tumpeng ole-ole.
Dikatakan Imam bahwa tradisinya hanya satu tumpeng ole-ole. Namun, karena masyarakat yang datang antusias ingin menikmati juga maka memasak hingga tiga tumpeng.
Sebelum digelar tasyakuran memetri bumi, masyarakat Desa Gumelar Kidul terlebih dahulu melakukan kerja bakti membersihkan makam para leluhur.
BACA JUGA:Remaja Ini Dadakan Taklukan Siter, Alat Musik Tradisional Langka
BACA JUGA:Ani-ani, Alat Petik Padi Tradisional yang Sudah Langka
Masyarakat juga membawa tumpeng dari nasi biasa lengkap dengan aneka sayur dan lauk ke lokasi.
Sementara itu Camat Tambak, Ika Suprihatin mengatakan, tumpeng ole-ole merupakan kuliner khas yang hanya ada di wilayah Kecamatan Tambak.
Oleh karena itu, tradisi memetri bumi memasuki masa tanam harus dijaga bersama supaya terus lestari.