Komunikasi Transendental di Bulan Ramadan

Jumat 05-04-2024,05:05 WIB
Reporter : Yudhis Fajar
Editor : Yudhis Fajar

M. Alfian Nurul Azmi, S.Ud., S.T., M.Sos.

(Ketua Program D1 Pend. Kemuhammadiyahan FAI UMP)

 

Komunikasi Islam adalah komunikasi yang berdasarkan pada ajaran Islam serta bertujuan untuk menyebarkan ajaran Islam dan membangun masyarakat berdasarkan ajaran tersebut. Dalam prakteknya karena berhubungan dengan wahyu dan kenabian, komunikasi tersebut karena mencakup masalah-masalah yang transcend dapat dikatakan sebagai komunikasi transendental.

Komunikasi juga bisa dikatakan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari manusia. Manusia sendiri akan merasakan terasingkan jika tidak berkomunikasi. Bahkan sejak sebelum lahir bahkan dialam ruh pun manusia melakukan komunikasi, yang disebut dengan komunikasi transendental dengan Tuhan yang dikenal dengan komunikasi pertama yakni komunikasi primordial. 

Lebih lanjut kemudian manusia dengan nalar dan spiritualistasnya mencoba memahami tiap pesan verbal (teks) yang ada dalam kitab suci Al-qur’an yang disampaikan Allah Subhanahu wa taala melalui malaikat dan para Nabi.

Selain pemahaman akan pesan verbal ini, manusia juga memahami tiap simbol non verbal dari tanda- tanda kebesaran Allah Subhanahu wa taala yang terhampar di alam semesta baik melalui bantuan teks maupun melalui proses nalar spiritualnya, atau yang sering kita dengar dan lihat yaitu ayat-ayat qauliyah dan kauniyah.

Dengan pemahaman Allah Subhanahu wa taala sebagai komunikator

tunggal atas kekuasaan semesta serta kecintaan manusia akan tiap takdir dan fitrah yang Allah berikan maka tiap tahapan dari penerimaan pesan, keikhlasan menjalani pesan bahkan menjalani tiap fase komunikasi spiritual untuk lebih dekat dan cinta terhadap Allah, dengan dilakukan oleh manusia melalui jalan sufi atau jalan tasawuf.

Maka proses penerimaan makna komunikasi transendental yang dimulai dengan Tobat, Wara, Faqr, Sabar, Tawakkal dan Ridha. Merupakan proses komunikasi transcendental yang paling efektif, yang dilakukan manusia dengan pendekatan keagamaan secara praktis agar manusia memperoleh ketenangan jasmani dan rohani.

Jadi, partisipan dalam komunikasi transendental adalah Tuhan dan manusia. Bagi umat muslim, cara mendekatkan diri pada Allah Subhanahu wa taala tentu bermacam-macam, yaitu dengan shalat lima waktu, berpuasa, shalat sunnah, berdzikir, menunaikan zakat, beribadah haji, infaq, sadaqah, membaca Al-Qur’an dan lain-lain. 

Semua itu adalah bentuk ibadah dan komunikasi transendental, yang dilakukan oleh umat muslim untuk mencari ridlo Allah Subhanahu wa taala. Ketika seseorang atau manusia melakukan shalat, sesungguhnya dia sedang melakukan komunikasi dengan Allah. Tuhan bertindak sebagai komunikan (penerima pesan) dan kita bertindak sebagai komunikator (pengirim pesan). 

Pada saat itu sebenamya tidak ada pembatas antara manusia dengan Allah Subhanahu wa taala. Komunikasi langsung terjadi asal dia benar-benar punya keyakinan yang kuat bahwa Allah ada di hadapan manusia sedang memperhatikan dan mendengar doa kita.

Takbiratul ihram, ruku, dan sujud adalah bentuk tawadhlunya manusia kepada Allah Subhanahu wa taala, memasrahkan diri seluruh jiwa dan raga kita pada Allah Subhanahu wa taala. 

Dalam shalat berkonsentrasi penuh kepada Tuhan, seolah-olah sedang melihat Tuhan. Komunikasi spiritual antara manusia dan Tuhan, bila direnungkan secara seksama, sesungguhnya dipengaruhi oleh suara hati yang bersih. Suara hati yang bersih inilah yang disebut kecerdasan spiritual. 

Kategori :