Kecilkan Ukuran, Naikkan Harga Jual, Strategi Perajin Tahu - Tempe

Kecilkan Ukuran, Naikkan Harga Jual, Strategi Perajin Tahu - Tempe

NAIK. Kenaikan harga kedelai impor tak hanya berdampak para perajin tahu dan tempe saja, pengusaha makanan olahan tahu di Kampung Trunan, Tidar Selatan, juga terpaksa menaikkan harga jual produksi. wiwid arif/magelang ekspres Harga kedelai yang kembali mengalami kenaikan awal Januari 2021, memaksa para perajin tahu dan tempe di Kota Magelang harus memutar otak untuk menyiasati situasi ini. Sebagian dari para perajin terpaksa mengecilkan ukuran tahu dan tempe untuk menghindari kerugian. WIWID ARIF, Magelang Salah satu perajin tahu-tempe di Kampung Trunan, Tidar Selatan Riyono mengatakan, kenaikan harga kedelai sebenarnya sudah terjadi sejak Covid-19. Pada bulan Agustus-Desember 2020 harga di angka Rp7.000 per kilogram, lalu di awal tahun 2021 melonjak menjadi Rp9.000 per kilogram. https://radarbanyumas.co.id/harga-kedelai-melonjak-pedagang-saya-tidak-memperkecil-ukuran-paling-menaikan-rp-500/ https://radarbanyumas.co.id/bulog-diusulkan-jadi-importir-tunggal-kedelai/ "Kenaikan ini jelas berpengaruh pada usaha kami. Makanya, harganya dinaikkan ukurannya diperkecil supaya usaha tetap jalan," katanya, kemarin. Menurutnya, fluktuasi harga kedelai impor sangat berdampak pada produksi tahu dan tempe yang ia geluti sejak bertahun-tahun. Saat harga bahan baku mahal, bagi perajin mengecilkan ukuran adalah strategi yang sangat lazim. "Itu lebih baik ketimbang menutup usaha. Di sini (Trunan) sudah banyak yang gulung tikar karena omset tidak bisa menutup kebutuhan ongkos produksi," ujarnya. Solusi mengerdilkan ukuran dan menaikkan sedikit harga tempe, juga menjadi alternatif yang dilakukan pengusaha lain, Bari. Ia memilih tetap melangsungkan usahanya dibantu sejumlah karyawan dari pada harus menutupnya. "Saya tetap produksi, karena bagaimanapun kita tidak bisa sehari-hari tanpa tempe dan tahu. Solusi harga dinaikkan. Para pelanggan juga paham kok, sehingga tetap saja produk kami laku di pasaran," jelasnya. Sementara itu, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kota Magelang, Eddy Sutrisno menilai, kenaikan harga kedelai ini karena minimnya stok dan persoalan di sektor impor. "Kalau barang langka otomatis harga naik. Kenaikan sekarang ini terjadi karena kedelai yang harusnya ke Indonesia diborong oleh China," tuturnya. Namun di sisi lain, Eddy menyebut, kenaikan harga kedelai impor ini sebenarnya bisa menjadi momentum pemerintah meningkatkan produksi kedelai lokal. "Harusnya pemerintah menangkap momentum ini untuk meningkatkan produksi lokalnya. Termasuk meningkatkan kualitas (kedelai lokal), sehingga perajin tahu tempe mau memakai kedelai lokal,” paparnya. Mantan Anggota DPRD Kota Magelang itu pun mendesak Pemkot Magelang turun tangan. Sebab, sebagian besar perajin kini tengah menjerit. "Pemkot Magelang punya otoritas untuk mengatasi persoalan ini. Misalnya dengan memberi subsidi ke perajin atau melakukan operasi pasar kedelai. Tapi sejauh ini saya belum lihat tindakan nyata itu," tandasnya. (wid)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: