Cerita di Balik Kecelakaan Maut di Mangunan Imogiri, Tulus Kehilangan Nenek, Bapak-ibunya, dan Anak Pertamanya

Cerita di Balik Kecelakaan Maut di Mangunan Imogiri, Tulus Kehilangan Nenek, Bapak-ibunya, dan Anak Pertamanya

Tulus menggendong Alvino usai pemakaman keluarganya yang menjadi korban dalam kecelakaan maut bus wisata di Imogiri. (IWAN KAWUL/RADAR SOLO) Kecelakaan maut di Bantul, menyisakan duka bagi keluarga korban. Bagimana tidak, wisata yang harusnya membawa kegembiraan justru berakhir duka. IWAN KAWUL – A. CHRISTIAN, Sukoharjo dan Solo Duka mendalam masih dirasakan Tulus, 40, warga Desa Mranggen, Kecamatan Polokarto. Dia harus kehilangan empat anggota keluarganya sekaligus dalam peristiwa tragis itu. Sang nenek, Paryono Kasinem, 75. Kemudian bapak dan ibunya Tulus, Sugiyo, 60, dan Parjiyem, 54. Serta anak pertamanya, Arditya Revan, 9. “Memang ada firasat perasaan tidak enak,” kata Tulus saat ditemui di rumah duka Dusun Kedungrejo, Desa Mranggen, Polokarto, Senin (7/6). Tulus mengetahui kabar duka itu dari ibu mertuanya pada Minggu (6/2) sekitar pukul 15.30. Ibu mertuanya datang kerumahnya sambil menangis. Dia mengabarkan kalau anaknya turut menjadi korban meninggal dunia dalam kecelakan bus pariwisata itu. “Saya tidak langsung percaya, kalau belum mendapatkan kepastian dari pak RT,” kata Tulus. Pada Sabtu (5/2) malam sebelum berangkat bekerja, Tulus sudah berpesan kepada istri dan kedua orang tuanya agar anaknya Revan tidak usah ikut berwisata. Karena hanya dijatah dua kursi, sedangkan Revan sudah cukup besar badannya untuk dipangku. Tapi, kedua orang tuanya tetap bersikukuh mengajak sang cucu. “Malamnya sebelum berangkat kerja, saya pesan Revan Revan tidak usah ikut saja. Tapi mereka bilang tidak apa-apa,” ungkapnya. Hingga kemarin,Tulus masih terus berusaha menghibur istrinya yang masih labil. Tulus lantas memohon untuk menyudahi wawancara. Karena anak keduanya Alvino, 3, sejak kejadian selalu menanyakan keberadaan kakaknya, Revan. “Iya, Alvino selalu tanya terus, tapi saya alihkan terus pembicaraannya agar dia tidak ingat kakaknya,” katanya. Lokasi rumah duka saling berdekatan, bahkan dengan konveksi Adiva masih bersebelahan. Warga yang tinggal di lokasi itu bekerja di konveksi Adiva yang juga dikelola oleh kerabat para korban. Di lokasi itu tampak pria parobaya dan berpeci putih tengah duduk jongkok melamun. Pandangan matanya menerawang jauh penuh tanda tanya. Belakangan diketahui dia adalah Sugiyarto, 55. Bagaimana tidak, sembilan anggota keluarganya ikut dalam rombongan wisata itu. Ada istri, anak, dan cucunya. Sampai senin kemarin mereka masih menjalani perawatan di sebuah rumah sakit di Bantul. “Yang kerja di perusahaan istri saya. Sebenarnya saya diajak, tapi saya tidak mau,” katanya menahan haru. Menurut Sugiyono, rombongan membawa dua bus. Namun anggota keluarganya ikut dalam rombongan bus yang mengalami kecelakaan tunggal. Sebelum berangkat, Sugiyono mengaku sudah memiliki firasat tak enak. “Saat bus mau berangkat saya baru sarapan, firasat saya sudah tidak enak. Usai sarapan saya pergi ke titik keberangkatan bus untuk meminta ke istri saya agar tidak ikut. Tapi bus sudah berangkat,” ucapnya. Dia hanya bisa mondar-mandir untuk menenangakan hatinya. Benar saja, pada sore harinya, dia mendapati kabar jika bus yang membawa anggota keluarganya terlibat kecelakaan. “Ada beberapa yang dirawat di rumah sakit, Sstri, anak, dan cucu saya. Tapi saya tidak tahu keadaannya. Saya cuma tahu kondisi cucu saya yang nomor dua, hidungnya patah katanya mau dioperasi. Keadaan istri saya, saya belum tahu,” ujarnya. Dia menuturkan, PT Adiva memang sering mengadakan piknik karyawan setiap tahunnya. Namun agenda tersebut sempat berhenti selama 2 tahun karena pandemi Covid-19. Seiring dengan kelonggaran PPKM, PT Adiva kembali mengadakan piknik. Hingga akhirnya terjadi kecelakaan itu. Korban lain kecelakaan ini adalah pasangan suami istri (pasutri) asal Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, yang jenazahnya dimakamkan di Wonogiri. Keduanya adalah Sumarno dan Iswanti. Mereka sehari-hari berdomisili di RT 02 RW 04 Kelurahan Semanggi. Hal ini diungkapkan anggota DPRD Kota Surakarta Ekya Sih Hananto yang rumahnya berada di seberang jalan rumah korban. “Iya mas, orangnya tinggal depan rumah saya, cuma terpisah jalan. Tapi sekarang karena semanggi pecah, saya masuk Kelurahan Mojo, dia masih Semanggi,” ujarnya. Ekya menjelaskan, hubungannya dengan Sumarno sangat dekat karena teman sejak kecil. Bahkan karena kedekatan ini, Sumarno sempat dipercaya sebagai ketua tim pemenangan politik saat Ekya mencalonkan diri sebagai anggota DPRD pada pemilu lalu. “Dia waktu di karang taruna kelurahan dan kecamatan kebetulan sama saya terus,” paparnya. Pasutri ini merupakan pengantin baru. Mereka baru menikah 26 September 2021. “Jadi beliau (Sumarno) memang agak terlambat menikahnya. Baru sekitar dua sampai tiga bulan mendapatkan Mbak Iswanti. Tapi malah ikut jadi korban kecelakaan itu,” katanya https://radarbanyumas.co.id/bus-diduga-rem-blong-sempat-terbang-sebelum-hantam-tebing-penumpang-terlempar-keluar-di-kecelakaan-di-mangunan-jalur-imogiri-dlingo/ Setelah mendengar Sumarno kecelakaan, Minggu malam, Ekya langsung berangkat ke RSUD Panembahan Senopati, Bantul untuk melihat kondisi korban. Setibanya di sana, dia mendapat kabar kalau keduanya telah tiada. “Kemarin setelah diserahkan ke keluarga, langsung dibawa ke Wonogiri, dimakamkan di pemakaman keluarga,” ujar dia. Salah satu karyawan konveksi PT Adiva yang selamat mengatakan, kegiatan gathering ini kerap digelar setiap tahun, namun karena adanya pandemi, sudah dua tahun terakhir ditiadakan. “Karena pandemi sudah hampir hilang. Dan teman-teman pengin piknik. Ada 100 orang dengan dua bus dan tiga mobil pribadi,” ungkap pria yang biasa dipanggil Mul ini. Dia juga harus merelakan kepergian enam anggota keluarganya. Yakni sang ibu Kasinem, 75; kakak kandung beserta isterinya Sugiyo, 60, dan Parjiyem, 54. Kemudian tiga anggota keluarga lainnya yang meninggal dunia dalam kecelakaan itu. (*/bun/radarsolo/ttg)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: