Dosen Ilmu Komunikasi Amikom Gelar Workshop Cegah Cyberbullying
PURWOKERTO - Kasus cyberbullying atau perundungan di media digital semakin meningkat. Mengantisipasi atau meminimalisir terjadinya cyberbullying di sekolah, tim Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Amikom Purwokerto mengadakan kegiatan pengabdian (PKM) di SMK Tujuh Lima 1 Purwokerto, Kamis (24/3). Workshop bertema Budaya Komunikasi Digital dalam Mencegah Cyberbullying dengan narasumber Kaprodi Ilmu Komunikasi Universitas Amikom Purwokerto, Dr Ade Tuti Turistiati, MIRHRM tersebut dihadiri oleh siswa-siswa perwakilan kelas. Pembina OSIS SMK Tujuh Lima 1 Purwokerto, Aditya Setiawan, MPd menyambut baik acara workshop yang diadakan Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Amikom. Disampaikannya kegiatan tersebut menjadi pembekalan bagi para siswa agar kasus cyberbullying tidak terjadi di sekolah. Usai sambutan, Dr Ade Tuti Turistiati, MIRHRM memulai workshop dengan ice breaking dimana masing-masing siswa memperkenalkan diri dan menyampaikan hal positif tentang dirinya. Ia menjelaskan bahwa konsep diri positif dapat membantu siswa menangkal perundungan. Para peserta workshop antusias dan saling mendukung memberikan kesan positif pada teman-temannya. Selanjutnya narasumber memaparkan budaya komunikasi digital, karakteristik komunikasi, dan contoh-contoh cyberbullying. Di sesi diskusi, Dr Ade dibantu oleh mahasiswanya bernama Eyora, Hanugrah dan Alfian. Para peserta pun berbagi pengalaman terkait perundungan. Perundungan atau bully yang terjadi bisa dialami oleh mereka sendiri, saudara ataupun temannya. Peserta diberi kesempatan mengungkapkan apa yang mereka lakukan jika dibully. Salah satu peserta, Oktora menyampaikan saat masih di SMP dirinya mengalami perundungan. Masa itu dia merasa stress dan menarik diri dari teman-temannya. "Tidak tahu apa yang harus saya lakukan ketika diejek teman-teman di medsos. Sekarang saya baru tahu itu cyberbullying. Seharusnya saya ignore dan bangkit," ucapnya disambut tepuk tangan para peserta workshop membuat suasana workshop berlangsung semakin interaktif dan meriah. Dr Ade berbagi tips jika siswa merasa dibuli, sebaiknya tetap tenang, abaikan pesan, baik dalam bentuk tulisan atau gambar dan kumpulkan bukti (jika diperlukan). Siswa pun disarankan untuk melapor pada pihak yang dipercaya (misalnya guru BK), memblokir akun/nomor telepon pelaku perundungan dan lebih selektif dalam menerima permintaan pertemanan di medsos. Prinsipnya pengguna medsos harus dan perlu berpikir sebelum memposting pesan, baik dalam bentuk verbal maupun gambar. Para siswa juga perlu mempertimbangkan apakah postingan atau komentarnya bermanfaat, berpengaruh baik atau tidak pada orang lain. https://radarbanyumas.co.id/universitas-amikom-berbagi-300-paket-sembako/ Ditekankanya hal tersebut penting karena sifat komunikasi yang irreversible atau sulit ditarik kembali jika telah diposting atau dikemukakan. Workshop interaktif ini akhirnya ditutup dengan suatu pesan pamungkas mencegah cyberbullying oleh Dr Ade. "Tidak ada seorang pun yang dapat menyakiti kita kecuali kita mengizinkannya. Tidak ada seorang pun yang dapat membuat kita merasa dibully kecuali kita mengizinkannya," pungkasnya. (yda)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: