Banyumas Masuk 100 Besar Kabupaten Stunting Tertinggi

Banyumas Masuk 100 Besar Kabupaten Stunting Tertinggi

kajian stunting PURWOKERTO-Berdasarkan kajian survey stunting yang dilakukan tahun 2018, Kabupaten Banyumas masuk 100 besar wilayah Kabupaten/Kota dengan angka stunting tertinggi di Indonesia. Hal tersebut disampaikan Kasubag Perencanaan Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas Tri Byar Wijayanti, SKM. Hasil kajian yang mendasari Banyumas menjadi 100 besar kabupaten wilayah stunting adalah survey cepat. Dan hasilnya angka stunting di Banyumas 24 persen dari sampel 300 balita di Banyumas. Sedangkan standar WHO maksimal 20 persen. Jika lebih dari 20 persen, ungkap Tri, maka harus waspada. "Kewaspadaan ini yang harus kita tangani bersama. Tidak hanya Dinkes saja, tapi dari sektor terkait," katanya. Untuk ketersediaan pangan, lanjutnya, adalah peran Dinas Pertanian. Untuk pemberdayaan masyarakatnya, adalah peran Dinas Pemberdayaan Masyarakat. Ia menegaskan, jika orang tua belum mampu untuk membiayai ibu hamil hingga masa bayinya, lebih baik tunda kehamilan. "KB tentu yang berperan disitu," ungkapnya. Stunting adalah masalah anak tumbuh pendek disertai kekerdilan otak. Jadi, jelasnya, anak pendek dan daya serap pengetahuannya rendah. Jika tidak segera ditangani akan ada kemunduran terharap perkembangan anak khususnya di Banyumas. Oleh karena itu di 2019 Banyumas menjadi daerah lokus penanganan stunting. Untuk lokus stunting tahun 2019 digulirkan dana besar. Yaitu dana alokasi khusus non fisik Rp 750 juta. Sedangkan Dana alokasi khusus fisik juga dianggarkan untuk pengadaan antropometrikit yang akan dibagikan di setiap Puskesmas. Alat ini digunakan untuk mengukur tinggi dan berat. Dengan pemantauan staus gizi, anak akan dipantau pertumbuhannya. Ia mengatakan, sunting ini disebabkan karena kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu lama, atau kekurangan asupan gizi kronis, juga karena lingkungan. Sehingga untuk menangani stunting, ada pula pengadaan cetakan jamban keluarga. "Cetakan jamban ini akan kita serahkan ke Puskesmas, Puskesmas untuk bisa kerjasama dengan Desa, dan Desa mestinya bisa mendukung perwujudan. Karena ini hanya cetakannya," jelasnya. Perwujudan ini yaitu bagaimana menggerakan masyarakat agar memiliki jamban keluarga yang sehat. Jamban yang sehat sangat berpengaruh terhadap masalah stunting. Jika lingkungan tidak sehat, relatif memberikan dampak infeksi terhadap anak balita. Dan infeksi inilah yang menyebabkan anak rentan sakit. Jika sering sakit karena lingkungan, gizi yang dikonsumsi tidak terserap baik dan mengganggu pertumbuhan. Selain itu, pencegahan stunting dapat dilakukan oleh Ibu. Tahapannya dimulai dari remaja putri. Jika remaja putri melakukan diet yang tidak baik, mereka langsung tapi tidak sehat. Sehingga kadar HBnya rendah. "Kita juga tengah mempromosikan dan membudayakan remaja putri, untuk mengkonsumsi tablet tambah daras ketika menstruasi, untuk menjaga kadar HB dalam formula standar," pungkasnya. (ing)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: