Mudahnya Membuat Berita Hoax

Mudahnya Membuat Berita Hoax

PURWOKERTO - Di musim Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 telah banyak berita hoax yang tersebar. Baik menyangkut peserta Pemilu, ataupun penyelenggaranya. Banyaknya berita hoax ini terjadi mulai munculnya media sosial dan internet. Bahkan dalam acara Juguran Demokrasi yang diadakan di Gedung J Hubungan Internasional Universitas Jendral Soedirman (Unsoed) Jumat (18/1) kemarin, Dosen Magister Ilmu Komunikasi FISIP Unsoed Dr. Edi Santosa menunjukan mudahnya membuat berita hoax. "Ini contohnya, mudah sekali menbuat berita hoax yang seolah ditulis di media online (resmi)," katanya sambil menunjukan hasil editan di layar projektor kepada peserta yang hadir. Dia mengatakan, membuat berita hoax seperti yang ia contohkan, dapat dilakukan swngan mudah. Yaitu hanya dengan menscreenshoot penberitaan online, kemudian mengganti judulnya. Biasanya, kata Edi, setelah menerima berita hoax, orang akan menyebarkan tanpa mengecek ke media yang bersangkutan. Dalam kesempatan itu, Edi menjelaskan, banyaknya pengguna media sosial dan semakin cepatnya jaringan internet, membuat dampak hoax semakin serius. Hal ini karena penyebarannya semakin cepat juga. Menurutnya, orang lebih nyaman menyebar sesuatu, tetapi dia merasa tidak mudah diketahui. Padahal, lanjutnya, penyebar hoax dapat dengan mudah diketahui. Ia mengungkapkan, untuk mengendalikan berita hoax, dapat dilakukan secara struktural. Yakni melalui penegakan hukum. Atau, katanya, dengan kultural, yaitu dengan melihat literasi media. Founder Indonesia Mulia Djito El Fateh yang juga menjadi narasumber dalam acara tersebut mengungkapkan, digital disruption juga perlu diwaspadai. "Mau tidak mau pasti terjadi," katanya. Bahkan, kata dia, pengguna internet di Indonesia yang mencapai 80 persen, memiliki pengaruh yang cukup besar pula. Beberapa hal yang dibicarakan di internet bisa menjadi isu pertama dan menjadi penentu kebijakan. Jika dimasa sebelumnya orang harus dekat dengan penguasa, jelas Djito, dan memiliki lahan yang bagus menurutnya tidak lagi berlaku di masa sekarang, yaitu dengan adanya internet termasuk medsos. "Oleh karena itu, kita (Indonesia Mulia) mengumpulkan generasi milenial untuk sadar dan paham apa itu hoax, dan menjadi agen kami. Kita juga turun ke sekolah-sekolah," ujarnya. Sementara itu, Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Banyumas Hanan Wiyoko mengungkapkan, diskusi ringan itu adalah acara pribadi, dengan menggabungkan komunitas, akademisi, dan KPU. Pihaknya mengangkat isu hoax karena di tahun politik hoax cukup ramai. "Karena orang susah membedakan mana yang berita bemar san mana yang hoax," katanya. Dengan juguran demokrasi ini ia mengajak masyarakat untuk berhati-hati dan dapat menangkal hoax. Ia berharap, peserta sebagai pemilih dapat ikut aktif menangkal hoax. "Mereka (peserta dari masyarakat, mahasiswa, media) literasinya sudah bagus, diharapkam mereka membuka wawasan bisa turut mengkampanyekan (menangkal hoax)," pungkasnya. (ing)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: