Kampanyekan Penegakan HAM dengan Seni Musik Dan Mural

Kampanyekan Penegakan HAM dengan Seni Musik Dan Mural

Pementasan musik dan mural. HKM/RADARMAS PURWOKERTO-Pelanggaran HAM dan tingginya tingkat kekerasan dinilai masih belum jadi perhatian pemerintah. Sehingga sejumlah anak muda dan pelajar di Purwokerto pun menyuarakan perihal tersebut dengan pemenatasan dan mural. Setidaknya jika pemerintah masih lalai, ada sesama yang saling membela agar hukum ditegakkan dengan adil. "Tidak hanya di Banyumas, tapi ini langkah bersama di tingkat nasional. Sebab persoalan HAM tidak pernah jadi prioritas oleh pemerintah. Terakhir ada saudara kita, Tuti yang dihukum mati di Arab Saudi. Pemerintah kita diam, tak membela," kata Ringgana, Manajer Bidang Pemberdayaan Sekolah Komuitas Bhinneka Ceria. Kampanye penegakan HAM yang dilakukan bersama ini, digelar di Kampus Universitas Wijayakusama. Panggung kesenian berjalan sejak sejak Senin malam (14/1) dan berlanjut membuat mural hingga kemarin (16/1). Tidak hanya dari Unwiku, mahasiswa dari Unsoed, STAIN, UMP dan Amikom juga berpartisipasi meramaikan kampanye tersebut. "Ada teman teman dari STAIN, Amikom, UMP dan Unsoed. Teman teman di Unwiku yang sedang jadi tuan rumahnya," kata Ringgana. Ia mengatakan, di satu tahun terakhir terdapat 8 TKI jadi korban hukuman mati di Arab Saudi. Selain itu kekerasan yang terjadi pada Novel Baswedan pun juga tak diusut. Serta sejumlah kekerasan lain yang harus diterima pahit oleh warga negara yang baik, memebela haknya atas tanah dan hak keadilan dimata hukum. "Kami contohkan yang sudah khalayak ketahui. Novel Baswedan, kakekerasan yang ia terima akibat berusaha menegakan hukum yang adil justru kasusnya mandeg tak diusut. Lahan hak warga yang dirampas juga banyak terjadi, tapi rakyat kecil selalu saja tak dibela, " kata dia. Menurut Ringgana, jika warga negara dalam jumlah yang banyak meminta kasus HAM jadi prioritas maka kedua Paslon sebagai politisi, akan berusaha ambil hati pemilik suara dan bertekad mengusut tuntas kasus kasus HAM dan membela warga negarya yang terusik di negeri lain. "Politisi nalar dasarnya oportunis. Kami coba ajak publik, ikut menyuarakan pentingnya persoalan HAM. Kekerasan pada warga negara agar jadi perhatian, dan prioritas kedua paslon yang katya butuh suara anak muda," kata dia. (hkm)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: