Jangan Akut Hingga Nomophobia

Jangan Akut Hingga Nomophobia

KEBUTUHAN - Seakan gadget menjadi kebutuhan yang tidak bisa dilepaskan dari keseharian anak anak. PURWOKERTO-Gawai terus menjadi kebutuhan tak terlepaskan di masa kini. Dari anak-anak hingga orang dewasa terus mengakses informasi, media sosial, hingga game. Ancaman serius bagi anak "zaman now" sendiri adalah Nomophobia (no mobile phone phobia). Nomophobia ini terjadi bila telah muncul kegelisahan akut saat jauh dari gawai yang dimilikinya. Dalam polling yang dilakukan Radar Banyumas melalui akun instagram @radarbanyumasnetwork instagram, Nomophobia sudah menjangkit 48 persen orang atau sejumlah 68 orang dari polling yang dilakukan. Meski demikian, ada 75 orang, atau 52 persen yang memilih tidak gelisah jika jauh dari gawai yang dimilikinya. "Sehari bisa sampai lebih dari 10 jam pegang handphone. Sebulan bisa menghabiskan kuota lebih dari 25 gb," kata Maudy Ayu (22), salahs satu warga Purwokerto. Dirinya mengakui telah memakai gawai sejak 2006. Sehari-hari pun gawai sudah tidak bisa lepas darinya. Penggunaannya sudah menjadi candu baginya. Ayu mengakui dirinya sering bermain media sosial dan games. Jika sudah keranjingan, menjadi lupa untuk mengerjakan hal yang lain. Beruntung, Ayu tersadar, untuk mengatasi ketergantungan Nomophobia, dia mencoba untuk keluar dari kebiasan buruk tersebut. "Alhamdulillah berhasil. Tapi memang harus benar-benar ada kegiatan yang seharian gitu," akunya. Di sisi lain, penggunaan gawai dimasa sekarang sudah menjadi hal yang penting terutama dalam membantu melakukan pekerjaan dan kegiatan perkuliahan. Namun di sisi lain juga menimbuhkan dampak negatif dari penggunaan gawai yang berlebihan. Kecanggihan gawai yang semakin tinggi membuat penggunanya semakin mudah dalam mengakses berbagai hal. Mulai dari mendapatkan informasi yang semakin beragam, berkomunikasi melalui banyak fitur, hingga memesan sesuatu hanya dengan menggunakan gawai. Aditya Bayu (23), warga Purwokerto, menuturkan kecanggihan gawai saat ini sangat membantu dirinya dalam melakukan aktivitas sehari-hari. "Hampir semua kegiatan yang dulu hanya bisa dulu hanya bisa dikerjakan di komputer sekarang bisa diperasikan semua hanya lewat handphone sehingga mempermudah," tutur. Pria yang telah menggunakan handphone sejak 2009 tersebut menceritakan bahwa dalam satu bulan ia dapat menghabiskan kuota 20gb untuk mengakses internet. Setiap harinya, ia menghabiskan waktu lebih dari sepuluh jam untuk mengakses gawai. "Biasanya saya pakai handphone untuk berkomunikasi dan menonton video di youtube," ceritanya. Pakar Komunikasi Universitas Jendral Soedirman, Bekti Istiyanto menjelaskan penggunaan gawai sudah menjadi kebutuhan pokok. "Sekarang mau pesan makanan bisa dari handphone, mau pergi kemana bisa pesan dari handphone, nanti dijemput. Ini kan memudahkan dan membuat orang tidak bisa lepas," jelasnya. Kegunaan dari gawai sendiri menimbulkan dampak positif dan negatif. Bekti Istiyanto mengatakan dibandingkan pengaruh positif, saat ini pengguna gawai lebih banyak mendapat dampak negatifnya. "Menggunakan handphone kita dapat mengakses informasi yang beragam, dari mana saja. Tapi terkadang bebasnya pengaksesan tersebut membuat pengguna menyalah gunakannya untuk mengakses hal-hal negatif seperti pornografi," jelasnya. Untuk mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan oleh gawai, Bekti Istiyanto membagikan tiga cara. Cara yang pertama adalah taat aturan. Ketika orangtua ingin membatasi anaknya dalam penggunaan gawai maka harus dibuat aturan yang jelas. Anak juga harus mematuhi aturan tersebut. Cara kedua adalah disiplin. Baik orangtua dan anak harus disiplin dalam menaati peraturan yang ada. "Jika ditetapkan waktu tidak boleh menggunakan handphone di jam tertentu, baik orangtua dan anak tidak boleh melanggarnya. Orangtua tidak boleh melarang anaknya bermain handphone ketika anak belajar tetapi orangtua sendiri bermain handphone di depan anak,"terangnya. Cara yang ketiga adalah memilih dan memilah. Semua pengguna gawai harus dapat memilih konten apa saja yang mereka butuhkan dan memilah mana kiranya yang akan berdampak positif dan negatif. Maka dari itu Bekti Istiyanto menghimbau kepada masyarakan untuk dapat menjadi pengguna yang cerdas. Cerdas dalam mengakses informasi dan cerdas dalam penggunaan gawai. (lin)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: