Delapan Buaya Masuk Kandang Suyanto di Kedungbanteng
PURWOKERTO-Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Jawa Tengah menitipkan delapan ekor buaya ke kandang penangkaran milik Fatah Arif Suyanto, warga Desa Dawuhan Kulon, Kecamatan Kedungbanteng, Kamis (15/2). Delapan buaya itu terdiri dari 6 ekor buaya muara yang berasal dari BKSDA Yogyakarta dengan ukuran panjang antara 1 meter hingga 1,5 meter. Ditambah dua ekor buaya lainnya yang berasal dari serah terima seorang pengelola wisata alam di Pantai Sendang Sikuncing, Kabupaten Kendal. "Dua ekor buaya ini terdiri dari seekor buaya muara dengan panjang 2,4 meter dan seekor buaya Sepit atau Senyulong dengan panjang 3,5 meter," kata Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jateng Suharman, Kamis (15/2). Pantauan Radar Banyumas, pada saat dibawa ke penangkaran milik Suyanto di Kedungbanteng, jalan raya di sekitar lokasi ramai oleh iring-iringan mobil berplat merah. Warga setempat juga berkumpul untuk menyaksikan prosesi tersebut. Terlihat, buaya terikat tenang di kerangkeng besi yang menumpang mobil bak terbuka. Selain itu, kendaraan pengangkut buaya ini mendapatkan pengawalan ketat dari anggota Polri dan TNI yang diarak dari Polsek Kedungbanteng. Saat prosesi pelepasan, terlihat para petugas yang terdiri dari beberapa orang menarik moncong buaya Sepit atau Senyulong dengan panjang 3,5 meter. Mereka menggunakan tali agar buaya masuk ke kandang penangkaran. "Buaya ini kami serah terimakan ke pak Yanto untuk dipelihara dengan baik, " kata Suharman. Ia mengatakan, buaya dari BKSDA biasanya dititipkan ke lembaga konservasi semisal Kebun Binatang atau Taman Satwa untuk dirawat. Hanya saja, untuk kali ini, pihaknya mempercayakan pengembangbiakan buaya itu ke Suyanto karena dianggap telah profesional dan memiliki izin untuk melakukan penangkaran buaya. "Mudah-mudahan buaya di sini bisa sejahtera karena dirawat dengan baik oleh orang yang betul-betul hobi dan bisa berkembang biak, " kata dia. Sementara itu, Arif Rahman Suyanto merupakan satu-satunya penangkar buaya di Jawa Tengah yang terdaftar resmi. Delapan buaya itu ditangkarkan karena terancam punah akibat konflik dengan manusia. Suyanto mengatakan, konflik buaya dengan manusia sering terjadi di beberapa tempat. Konflik itu dianggapnya membahayakan baik bagi manusia maupun satwa itu sendiri yang harusnya dilindungi. "Saya ingin ikut menyelamatkan buaya itu dari kepunahan, " kata dia. Dengan tambahan delapan buaya yang dititipkan oleh pemerintah, ia kini memiliki 21 koleksi buaya. Buaya-buaya ini ditempatkan di kotak atau kandang terpisah. Kandang di desain semirip mungkin dengan habitat aslinya. Yanto membuatkan kolam air dangkal di dalam kandang agar buaya itu bisa bebas berenang. Ia menyisakan lahan di dalam kandang yang tidak terbasahi air agar buaya itu menjemurkan badan. Kandang dikelilingi pagar kawat tinggi aman bagi warga yang ingin menonton aktivitas buayatersebut. "Biayanya tambah pastinya perawatan jadi lebih ekstra dan penyediaan pakan bertambah, " kata dia. (hkm/ttg)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: