Drama Kolosal Warnai HUT RI di Alun-alun Purwokerto
Usir Belanda Dari Nusamangir Korem Gelar Beragam Lomba Letupan senjata yang terdengar dalam drama teaterikal Sosiodrama di Alun-alun Purwokerto, sebagai penanda berlangsungnya puncak perayaan HUT-RI ke-72 Pemkab Banyumas, Kamis (17/8) pagi. Drama yang menceritakan tentang perlawanan terhadap penjajah Belanda yang terjadi di Grumbul Bengkelung, Desa Nusamangir, Kecamatan Kemranjen itu, menoreh sejarah besar di Banyumas. Teatrikal kisah pertempuran dibawah komando Kompi Yasir Hadibroto diperankan oleh anggota TNI Kodim 0701 Banyumas bersama siswa SMA N 1 Purwokerto, Dewan Kesenian dan Kebudayaan (DKK) dan Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan Indonesia (FKPPI) Banyumas. Berlangsung sekitar 15 menit, drama mampu menarik perhatian masyarakat, tamu undangan dan ribuan peserta upacara. Kegiatan dilanjutkan dengan Upacara Bendera. Bupati Banyumas Ir H Achmad Husein sebagai Inspektur upacara memimpin peringatan detik-detik Proklamasi membaca Naskah Proklamasi, Ketua DPRD Kabupaten Banyumas Juli Krisdiyanto SE membacakan Pembukaan Undang-undang Dasar 1945. Sedang Kapolsek Purwokerto Utara Kompol Aloysius Umbbu Tellu SH bertugas sebagai komandan upacara. Dalam sambutannya, Bupati Achmad Husein mengatakan tugas anak bangsa menjaga api semangat juang kepahlawanan agar terus menyala. Sejak revolusi hingga pasca reformasi, sejak Soekarno sampai Joko Widodo, tidak boleh membiarkan api ini redup apalagi padam meski terkena angin topan dan badai yang menghantam. "Karena ini kekuatan dan jati diri kita sebagai sebuah bangsa pejuang. Bangsa yang tidak pernah gentar dan pantang surut ke belakang menghadapi persoalan dan tantangan," kata Bupati yang membacakan sambutan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Peringatan HUT RI harus menjadi momentum dan penumbuh semangat warga serta menjadi kehendak kuat yang akhirnya dibuktikan oleh kerja nyata. Sebab yang paling penting adalah bagaimana mengisi kemerdekaan. "Saat ini NKRI yang kita cintai senantiasa tak pernah lekang oleh ancaman dan tantangan. Dalam kemajemukan bangsa kita masih seringkali menjadi pemantik munculnya perpecahan. Dalam kain kebangsaan kita juga kerapkali terkoyak oleh karena ego dan kepentingan sepihak. Pun korupsi dan gratifikasi masih menjadi praktik yang seringkali terjadi," lanjutnya. Legium Veteran Supartinah Waryati berpesan kepada generasi muda untuk bisa melanjutkan perjuangannya dengan mengisi kemerdekaan. Nenek berusia 89 tahun itu, juga berpesan untuk tidak takut dalam memperjuangkan dan menjaga NKRI, meski nyawa taruhannya. "Karena meraih kemerdekaan itu tidak mudah, nyawa bisa sebagai taruhannya," kata nenek mantan relawan kesehatan yang telah membantu mengobati para pejuang pada saat kemerdekaan dulu. Upacara diikuti ribuan peserta yang terdiri dari TNI, POLRI, SATPOL PP, Hansip, KORPRI, PNS, PGRI, Organisasi Kemasyarakatan, Organisasi Kepemudaan, Mahasiswa, Pelajar, PMR dan Pramuka. Ratusan undangan juga terlihat antara lain Pimpinan Forkompinda, Pimpinan dan Anggota DPRD, Sekretaris Daerah, Para Veteran, Pimpinan Perguruan Tinggi, Tokoh Masyarakat di wilayah Kabupaten Banyumas, diluar alun-alun juga terlihat warga masyarakat menyaksikan upacara ini dengan tertib. Sedangkan Pasukan Pengibar Bendera Merah Putih terdiri dari Pasukan 17 beranggotakan siswa-siswi SMA/SMK/MA baik Negeri maupun Swasta di Kabupaten Banyumas. Pasukan 8 diapit oleh Anggota Detasemen Polisi Militer 4-1 Purwokerto dengan didampingi 45 Pasukan TNI dari Yonif 406 / Candra Kusuma Purbalingga. Bertindak sebagai Komandan Paskibraka Kapten Inf Imaam Tabiin Danton II Kompi Senapan B Yonif 406 / Candra Kusuma. Pembawa bendera Risktania Citra Kartika siswi SMA N 1 Purwokerto dan petugas pengibar bendera Fadly Ilham Saputra dan Brilian Pradipta dari SMA Negeri 2 Purwokerto serta Nanda Faradila dari SMA Negeri 1 Wangon. Usai upacara, Bupati Banyumas menyematkan tanda kehormatan Satya Lancana Karya Satya sebagai simbolis kepada 3 PNS di lingkungan Pemkab Banyumas dengan kriteria kategori tanda kehormatan 30 tahun, 20 tahun dan 10 tahun. "Jumlah PNS di lingkungan Pemkab Banyumas yang mendapat Satya Lencana sebanyak 116 orang. Satya Lencana merupakan kehormatan tertinggi bagi PNS yang diwujudkan dengan rentang waktu, dan selama rentang waktu itu tidak pernah kena hukuman disiplin, dedikasi yang baik, dan patut menjadi contoh bagi pegawai lainnya," kata Kepala Badan Kepegawaian Daerah dan Diklat (BKDD) Kabupaten Banyumas, Achmad Supartono menambahkan. Di tempat lain, kemeriahan dalam menyambut Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-72 juga sangat dirasakan di Markas Komando Resort (Makorem) 071/Wijayakusuma, Sokaraja. Tidak hanya anggota TNI saja, sejumlah masyarakat dan kalangan wartawan turut dalam kemeriahan yang dikemas dengahn sejumlah kegiatan perlombaan. Salah satu perlombaan yang menyita perhatian banyak orang, yaitu perlombaan merayap. Dalam perlombaan itu, warga masyarakat yang diantaranya merupakan penarik becak, bergabung bersama dengan anggota TNI, Polri, serta wartawan dalam satu tim. Satu tim yang terdiri dari 30 orang itu, kemudian berbaris, dan masing-masing personel bergantian merayap dari belakang di sela-sela kaki anggota tim di depannya. Dalam perlombaan itu terdapat dua tim yang saling bersaing. Komandan Korem 071/Wk Kol Inf Suhardi mengatakan, perlombaan tersebut merupakan salah satu upaya membangun kebersamaan dalam keberagaman. "Kami mencoba memformulasikan keberagaman dan kebersamaan. Jadi dengan kita dari berbagai elemen, sering saya katakan apa yang disampaikan Jenderal Soedirman, kita ini ibarat lidi-lidi bangsa, kita satukan menjadi satu yang kuat dalam menghadapi tantangan di era global," tuturnya. Dia mengatakan, tantangan dalam perlombaan itu dapat diatasi jika terdapat pengaturan, perencanaan, serta latihan yang cukup. Hal itu menurutnya, juga dapat diejawantahkan dalam kehidupan sehari-hari bahwasanya, walaupun berbeda-beda akan dapat mencapai tujuan yang diharapkan, jika ada kerjasama yang baik. Sementara itu, salah satu penarik becak, Parno mengatakan amat senang dan bangga dapat berpartisipasi dalam lomba di Korem 071/Wijayakusuma. Ia berharap lomba serupa akan digelar kembali tahun depan."Semoga ada lagi, dan bisa berpartisipasi lagi," imbuhnya. Selain lomba merayap, juga banyak perlombaan lainnya, diantaranya lomba membawa belut, sepak bola, memasak, dan lainnya. Masih di Sokaraja, keunikan pelaksanaan upacara Kemerdekaan Republik Indonesia Ke-72 terlihat di Jalan Kauman, Sokaraja, Rabu (17/8). Pasalnya, pelaksanaan upacara yang diselenggarakan oleh Pondok pesantren Nahdatul Ulama (PPNU) Abdul Djamil bersama Rumah Batik Anto Djamil, menggunakan bahasa lokal Banyumas atau yang Dikenal Bahasa Ngapak. Inspektur Upacara, Asik Gesang Sugiarto mengatakan, penggunaan Bahasa Ngapak ini ditujukan agar tidak hilang untuk kearifan lokal yang dimiliki masyarakat Banyumas. Hal itu agar masyarakat Banyumas tidak perlu malu untuk menunjukan bahasa asli daerahnya. "Kami tidak menghilangkan makna upacara kemerdekaan, karena untuk pembacaan Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 tetap menggunakan Bahasa Nasional baku, dan upacara ini pun bisa berjalan hidmat itu yang paling penting," katanya. Menurutnya, menggunakan bahasa apapun dalam pelaksanaan upacara, tetap menanamkan jiwa nasionalisme pada masyarakat. Sebab sesuai apa yang diharapkan, masyarakat dapat lebih bangga dan mencintai Indonesia, terutama tanah kelahirannya. Panitia Upacara, Ahmad Anis menambahkan, upacara kemerdekaan ini sudah berlangsung kali kedua. Dan peserta upacara berasal dari karyawan Rumah Batik Anto Djamil, 40 santri PPNU Abdul Djamil, komunitas pecinta batik, dan warga sekitar. "Kami juga ingin menghormati para syuhada yang terdiri dari kyai dan ulama, yang tidak terlepas dari proses kemerdekaan Republik Indonesia," papar Anis. (why/ely/ttg)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: