Melihat Kegiatan Komunitas Juguran Kopi

Melihat Kegiatan Komunitas Juguran Kopi

Kawal Proses Kopi dari Petani Sampai ke Penikmat Kopi Berbagi Ilmu dan Edukasi Kopi saat ini sudah sangat berkembang. Tidak hanya dari jenisnya, namun bagi sebagian orang, kopi sudah menjadi gaya hidup (lifestyle). Di Purwokerto, perkembangan kopi juga terlihat sangat pesat. Hal itu ditandai dengan banyaknya warung kopi yang bermunculan. Tidak hanya itu, sekelompok orang yang menyukai kopi mulai membentuk komunitas pencinta kopi. Salah satunya Komunitas Juguran Kopi. KUMPUL BARENG : Anggota Komunitas Juguran Kopi mengedepankan suasana santai, yakni ngobrol dan ngopi. (BAYU INDRA KUSUMA/RADARMAS) BAYU INDRA KUSUMA, Purwokerto Berawal dari tahun 2013, Juguran Kopi sebelumnya dikenal dengan nama Pewete Suka Ngopi, mengingat lingkupnya hanya di Purwokerto saja. Namun sekitar awal tahun 2016 lalu, komunitas tersebut berkembang dan mencakup wilayah di Barlingmascakeb, sehingga diganti dengan nama Juguran Kopi. Sesuai namanya, Juguran Kopi lebih mengedepankan suasana santai, yaitu ngobrol sambil ngopi. Namun setiap satu bulan sekali, diadakan event yang berkaitan dengan kopi yang dilakukan di beberapa warung kopi yang ada di Barlingmascakeb. "Disini (Juguran Kopi, red) kita tidak hanya sekadar kumpul-kumpul, tapi juga berbagi ilmu dan edukasi, baik kepada anggota maupun di luar anggota. Karena tujuan kita yaitu memakmurkan kopi dan dimakmurkan kopi," ujar Ketua Juguran Kopi Benny Indrawan. Selain menjadi wadah untuk penggemar kopi, Juguran Kopi juga memberikan edukasi-edukasi yang berkaitan dengan proses pembuatan kopi, mulai dari hulu (petani kopi) hingga hilir (penikmat kopi), termasuk proses dan metode penyeduhan kopi. "Petani kopi di Barlingmascakeb memang tidak terlalu banyak. Namun potensi kopi disini dinilai dapat bersaing. Sehingga kita juga menyasar petani-petani kopi agar dapat memaksimalkan produksi kopi mereka," lanjutnya. Dikatakan, syarat utama untuk bergabung Juguran Kopi hanya satu, yaitu suka kopi. Kemudian anggota bisa aktif dalam setiap kegiatan yang diadakan. Saat ini setidaknya sudah ada lebih dari 40 warung kopi yang tergabung dalam Juguran Kopi. Benny mengatakan, biji kopi berkualitas sangat bergantung dari proses dan metode yang digunakan, termasuk untuk menghitung masa tanam dan masa panen. Diakui, saat ini kesadaran petani kopi masih sangat kurang. Padahal kopi memiliki potensi yang luar biasa untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya petani kopi. Mulai dari pembibitan kopi. Sejauh ini, petani masih banyak yang mengandalkan bantuan bibit dari perhutani, sehingga belum bisa mandiri. Tidak hanya itu, pada saat panen juga masih belum tersistem dengan baik. Bahkan biji kopi yang belum masuk masa panen sudah ikut dipanen, sehingga merusak bunga kopi yang masih tumbuh. "Kualitas panen kopi sangat mempengaruhi kualitas kopi. Jadi tidak asal panen saja. Padahal kalau ditekuni harga jual kopi bisa sangat tinggi. Disini kita masuk dengan menggandeng teman-teman yang peduli dengan bisnis kopi ini," jelasnya. Tidak hanya ke petani, edukasi juga dilakukan kepada masyarakat, khususnya pecinta kopi dimana masing-masing juga dapat berbagi pengalaman dan ilmu, termasuk dalam cara penyeduhan kopi. Diakui, perkembangan zaman saat ini sangat memudahkan penyeduhan kopi. Namun untuk menyeduh kopi yang berkualitas, juga dibutuhkan komposisi yang pas. "Kalau dulu kebanyakan cara seduhnya dengan cara ditubruk atau langsung dicampur air panas. Cara itu sekarang masih dipertahankan. Namun ada cara seduh lain yang menggunakan alat-alat penyeduh kopi," ujarnya. Lebih lanjut dikatakan, motivasi pembentukan Juguran Kopi lebih untuk memaksimalkan peran kopi di masyarakat. Pasalnya, saat ini kopi menjadi salah satu komoditas perkebunan yang tengah naik daun. "Jadi kita yang tinggal di kota, kalau bisa juga tidak acuh dengan proses pembuatan kopi dari mulai biji sampai terseduh di meja," tegasnya. (*/sus)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: