Asri Anggitya Hanifan, Wakil Banyumas yang Masuk Lima Besar FLS2N Nasional 2016
Berhasil Karena Modal Percaya Diri. Membaca puisi bagi sebagian orang cukup menyulitkan karena diperlukan intonasi, artikulasi, kekuatan suara dan ekspresi wajah yang tepat untuk membawakan puisi dengan baik serta penuh penghayatan. Tetapi hal tersebut tidak berlaku bagi Asri Anggitya Hanifan (16). Terinspirasi dari sang kakak, Asri Berlina Daju (21) yang jago dalam membaca puisi, kini Anggit mampu melebihi prestasi sang kakak. ------------------------------ Yudha Iman Primadi, PURWOKERTO ------------------------------ Asri Anggitya Hanifan berhasil maju hingga tingkat nasional dan menjadi satu-satunya siswa asal Banyumas yang menjadi 5 besar FLS2N lomba baca puisi di Manado beberapa waktu lalu. Karakter suara serak-serak basah, merupakan ciri khasnya. Dengan tubuh tegap dan pembawaan yang ramah, tak ada kecanggungan sama sekali dalam diri Anggit ketika Radarmas menemuinya saat jam istirahat sekolah. Siswa yang kini masih duduk di kelas 11 jurusan IPA di SMAN 5 Purwokerto ini pun terlihat begitu akrab dengan teman-temannya. "Awal ketertarikan karena sering melihat kakak membaca puisi. Saat memasuki SD, akhirnya ketularan untuk mencoba membaca puisi dan mulai mengikuti lomba-lomba dari tingkat kecamatan hingga kabupaten. Tetapi memang pada saat itu belum bisa menjadi yang terbaik. Paling-paling hanya juara 2 atau 3," kata anak kedua pasangan Ari Suprapto (50) dan Sri Supriati (46) ini. Kesibukan dalam organisasi yang digeluti saat memasuki jenjang SMP, membuat Anggit tak mempunyai banyak waktu untuk mengembangkan sayapnya. Selama 3 tahun dirinya sama sekali tak pernah mengikuti perlombaan puisi apapun. "Vakum karena sangat sibuk berorganisasi," tambah pelajar yang sebelumnya telah berhasil menjadi juara 1 FLS2N lomba baca puisi tingkat kabupaten hingga provinsi ini. Tiga tahun tidak naik panggung, ternyata tidak membuat bakatnya dalam membaca puisi hilang. Karena faktor ketidaksengajaan ditunjuk oleh gurunya maju pada lomba puisi mengisi kekosongan yang ditinggalkan rekannya, akhirnya semangat Anggit kembali membara. Dengan bimbingan dari orang tua dan guru pembimbing di sekolahnya, keahliannya dalam membaca puisi kembali terasah. Penggemar dari penyair Sapardi Joko Darmono ini mengakui, kunci dari keberhasilannya membawakan puisi dengan penuh penghayatan hanya dengan modal percaya diri. "Kalau bisa memilih saya lebih suka membawakan tema patriotisme. Kalau yang berbau percintaan, suara saya kurang pas. Tapi kalau yang menggebrak itu baru cocok dengan karakter suara dan raut wajah yang saya miliki. Beberapa judul dari penyair Sapardi saya suka salah satunya Dalam Doaku. Karya-karya Supardi bahasanya sederhana tapi sangat menyentuh sanubari," ujar kakak dari Asri Griseldi (12) tersebut. Ke depan Anggit belum mempunyai rencana untuk mengikuti perlombaan puisi apapun. Hanya untuk menjaga power suara, dia mengurangi konsumsi makanan yang berminyak. "Kalau jadi penyair sih belum. Daya imajinasi saya belum kuat. Padahal rasanya sangat senang sekali kalau bisa membawakan puisi karya sendiri dan menang," imbuh remaja kelahiran Brebes, 9 Mei 2000 ini. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: