Kasus Demam Berdarah di Banyumas Meningkat Hingga 500 Persen

Kasus Demam Berdarah di Banyumas Meningkat Hingga 500 Persen

PURWOKERTO-Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Banyumas, meningkat tajam. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Banyumas, di bulan September 2016 sudah ada 1.247 kasus DBD. pasien-demam-berdarahilustrasijpnn Bila dibandingkan periode yang sama tahun 2015, mengalami peningkatan signifikan. Sebab saat itu hanya ada 264 kasus DBD yang terjadi, atau ada peningkatan hingga 500 persen. Penyebabnya, masih tingginya ketidakpedulian masyarakat dan lingkungan yang menjadi penyakit berbahaya tersebut. Pelaksana Tugas (Plt) Kepala DKK Banyumas Sadiyanto melalui Kasi Pengendalian Penyakit R Dian Andiyono mengatakan, pola perilaku masyarakat yang tidak peduli bahaya DBD, masih dijumpai. Salah satu conroh ketidakpedulian adalah dibiarkannya pekarangan atau tempat-tempat yang berpotensi untuk berkembangbiak vektor dari nyamuk aedes aegypti. "Seperti genangan air yang kurang rajin dipantau masyarakat seperti genangan air di potongan bambu, ban bekas dan juga pekarangan kebun yang sepi tidak terawat,"ujarnya. Khusus untuk potongan bambu, kata Andiyono, menjadi penyebab utama banyaknya kasus DBD. Dia menuturkan, fakta tersebut ditemukan ketika DKK bersama bupati melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Menurut dia, banyak masyarakat yang tidak mengetahui dan mengabaikannya. "Ketika kita bersama Pak Bupati yang paling banyak vektor berkembang di potongan bambu. Selain itu di pagar yang juga terbuat dari bambu menjadi tempat yang paling digemari oleh nyamuk Aedes Aegypti,"tutur dia. Dia mengakui, jumlah kasus memang mengalami peningkatan yang tajam hingga 500 persen. Kenaikan tajam ini membuat DKK menetapkan Kejadian Luar Biasa (KLB) di DBD Kabupaten Banyumas. "Makanya pernah Kabupaten Banyumas menetapkan KLB. Namun sudah dicabut per Maret 2016 yang lalu,"ujarnya kepada Radarmas, Selasa (27/9). Dia juga menambahkan, dari Januari sampai dengan September 2016, sudah ada 15 orang yang meninggal dunia akibat DBD. "Jumlah yang meninggal di Kabupaten Banyumas pun mengalami lonjakan yang cukup banyak,"ungkapnya. Dia mengakui, bila membandingkan data korbanmeninggal dunia di 2015, memang mengalami kenaikan 14 kali lipat. Sebabdi tahun 2015 hanya ada satu orang yan gmeninggal. Sementara untuk daerah endemik juga sama parah dengan jumlah angka kasus DBD. Sebab Andiyono mengungkapkan, seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Banyumas sudah menjadi daerah endemik DBD. Jumlahnya ada 27 kecamatan merupakan daerah endemik DBD. Dia merinci, di 2016 ada 47 desa dan kelurahan yang menjadi daerah endemik. Jumlah ini naik 14 desa dan kelurahan bila dibandingkan di 2015 lalu. "Sekarang seluruh kecamatan di Kabupaten Banyumas sudah menjadi daerah endemik. Dari jumlah desa dan kelurahan pun meningkat, dimana di 2015 hanya ada 33 desa dan kelurahan, sementara di 2016 sudah bertambah menjadi 47 desa dan kelurahan,"sambung dia.(rez)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: