Longsoran Salju Tak Halangi Tim Ekspedisi Soedirman VI Unsoed Purwokerto Kibarkan Merah Putih di Gunung Huasca

Longsoran Salju Tak Halangi Tim Ekspedisi Soedirman VI Unsoed Purwokerto Kibarkan Merah Putih di Gunung Huasca

Salju yang longsor akhirnya memaksa tim Ekspedisi Soedirman VI berhenti naik ke puncak Gunung Huascaran Peru. Namun demikian, di tengah cuaca ekstrem mereka tetap mengibarkan merah putih tepat saat peringatan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus lalu. Tim-Ekspedisi-Soedirman-VI-Unsoed-Purwokerto-di-Gunung-Huascaran-Peru-(2) BAYU INDRA KUSUMA, Purwokerto Tiga pendaki anggota tim Ekspedisi Soedirman VI, Dwi Novian Arbi (Fakultas Hukum 2012), Aji Kurniawan (Fakultas Ekonomi dan Bisnis 2012), dan Arizal Maulana (Fakultas Hukum 2012) dari Unit Pandu Lingkungan Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Jenderal Soedirman (UPL MPA Unsoed), tetap bangga. Bahkan mereka bertekad kembali lagi suatu saat nanti untuk menyelesaikan misi yang tertunda itu. Mencapai puncak Huscaran. Ketua Pelaksana Pendakian sekaligus Wakil Ketua Umum UPL MPA Unsoed, Reza Kunarto menceritakan sejak Rabu, 10 Agustus, tim mulai melakukan start pendakikan di Gunung Guascaran tersebut. Pendakian dilakukan dari Desa Musho, Huaraz, Provinsi Yungay (3000 Mdpl) menuju Basecamp Huascaran (4200 Mdpl). "Lalu disana tim melaksanakan aklimatisasi atau penyesuaian kondisi tubuh terhadap ketinggian di basecamp menuju Morraine Camp (4800 Mdpl) lalu kembali ke Basecamp," ujarnya. Pada hari selanjutnya, tim kembali naik dari basecamp menuju Morraine Camp untuk bermalam disana. Namun salah satu personil, yaitu Arizal Maulana terkena penyakit AMS (Accute Mountain Sickness). Sehingga harus dibawa turun kembali ke basecamp. "Kondisi Arizal tetap tidak bisa menyesuaikan dengan ketinggian dan membuat tim terpaksa harus membawanya turun kembali ke Desa Musho pada hari keempat pendakian," lanjutnya. Dengan hanya menyisakan dua personil, tim tetap melanjutkan pendakian meski melalui banyak pertimbangan, terutama permasalahan waktu. Pada hari keenam, tim akhirnya melanjutkan pendakian menuju Camp 1 (5300 Mdpl). Namun di sekitar Camp tersebut terdengar jelas suara gemuruh longsoran salju yang sangat keras, tidak hanya suara, sejumlah pendaki juga melihat dengan jelas longsoran salju di La Canaleta. "Pada hari ketujuh, tim tiba di La Canaleta, namun tim memutuskan untuk memutar jalur lain agar dapat mencapai camp 2, karena jalur pendakian tertutup laongsoran salju. Tim sempat mencoba Ice climbing sepanjang 30 meter di jalur yang lain dengan kemiringan 60-90 derajat, namun terpaksa dihentikan karena terlalu berisiko," ujarnya. Lebih lanjut, Raza menjelaskan secara keseluruhan tim hanya mampu mencapai ketinggian 5650 mdpl, padahal Camp 2 berada di ketinggian 5800 Mdpl. Sedangkan jalur antara Camp 2 menuju puncak Gunung Huascaran tergolong safety karena tidak ada Crevasse atau retakan di sepanjang jalur. "Keselamatan tetap menjadi yang terpenting dalam pendakian, bahkan beberapa pendaki asal Italia dan Jerman juga memutuskan turun setelah melihat kondisi jalur di La Canaleta," jelasnya. Meski gagal mencapai puncak, namun tim tetap mampu mengibarkan bendera merah putih di gunung tertinggi di Peru tersebut. Tidak hanya itu, selain mengemban misi tersebut, tim juga diberikan misi budaya yang dilaksanakan akhir Agustus lalu di KBRI Lima, dimana akan dihadiri juga oleh mahasiswa Universitas San Marcos dan warga Peru yang mengikuti kelas Bahasa Indonesia di KBRI Lima. "Faktor alam tak bisa dilawan dan dihindari. Hal terpenting adalah Standart Operational Procedure (SOP) untuk keselamatan pendakian dimanapun. Tapi paling tidak tim sudah menunjukkan upaya keras untuk mencapai puncak," pungkasnya. (*/acd)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: