Melihat Komunitas Satria Mini 4WD Purwokerto Adu Ngebut di Lintasan Dengan "Mainan" Mini 4WD

Melihat Komunitas Satria Mini 4WD Purwokerto Adu Ngebut di Lintasan Dengan

Masih Ingat serial kartun Jepang Dash! Dengan lakon Yonkuro? Ya dalam serial itu mobil mini 4WD bukan sekadar mainan biasa. Mobil-mobildan dalam film tersebut kini menjelma menjadi mainan orang dewasa yang bergengsi. Di Purwokerto, pecinta mobil ini mendirikan komunitas bernama Satria Mini 4WD. Komunitas Tamiya Purwokerto ALI IBRAHIM, PURWOKERTO Puluhan mobil mini 4WD melaju sangat kencang pada sebentuk lintasan berliku dengan rintangan yang cukup rumit. Dari tanjakan hingga lingkaran 360 derajat. Para pemilik mobil pun saling berteriak seolah memberikan semangat kepada mobil kebanggaannya tersebut. Dalam waktu kurang dari 10 menit, mobil-mobil mini itu mencapai garis finis dengan sangat mulus. Keberhasilan mobil bermerek Tamiya tersebut disambut suara riuh tepuk tangan penonton. Sementara itu, para penantang lain terlihat mempersiapkan mobil mini 4WD yang telah di-setting sedemikian rupa. Mereka melanjutkan beradu kecepatan pada lintasan. Dengan usia yang tak bisa lagi dibilang muda, mereka sangat menikmati perkumpulan sesama pencinta mobil mini 4WD di lintasan Pelangi di Jalan Senopati, Dukuhwaluh, Kecamatan Kembaran. Berkumpul dan bermain di lintasan khusus dengan beragam rintangan sering mereka lakukan hampir setiap hari. Tidak ubahnya perempuan yang sedang arisan, ngerumpi memang jadi andalan. Bedanya adalah topik yang dibicarakan. Para pria dari berbagai profesi itu memanfaatkan pertemuan rutin tersebut dengan topik-topik yang lebih menantang. Misalnya, latihan racing bersama, sharing setting mobil mini 4WD, dan berbagi ilmu tentang aturan lomba dengan anak-anak muda. "Kalau kumpul-kumpul kami menyebutnya arisan," kata seorang anggota komunitas Riza Oktafriyana. Kegiatan rutin seperti itu ternyata membawa pengaruh besar bagi para pencinta mobil mini 4WD di Purwokerto dan sekitarnya. Kini semakin banyak orang yang mulai menyukai mainan tersebut. Cikal bakal mainan tersebut mulai booming di Indonesia sejak beredarnya film Jepang yang mengupas permainan mobil mini 4WD. Lantaran film Dash! Yonkuro yang tenar pada 1989 itu, warga Indonesia mulai kecanduan Tamiya. Setelah booming di Indonesia, komunitas Tamiya mulai vakum dan bangkit lagi setelah film Let’s and Go disiarkan di Indonesia pada 1996. Saat itu pencinta mobil mini 4WD sudah banyak, namun belum banyak wadah dalam bentuk komunitas. Kejayaan para pencinta mobil mini 4WD kembali terlihat sejak munculnya film terbaru asal Jepang Go for Speed pada 2009. Film tersebut tidak hanya menyuguhkan cerita, tetapi juga memberikan trik-trik Tamiya. Penggagas terbentuknya Komunitas Satria Mini 4WD Rizky Doni mengatakan, awalnya mereka sekadar hobi dan suka membuat arena-arena untuk racing di beberapa tempat di Banyumas. Bahkan hobinya tersebut sempat membawanya ke luar kota demi mengikuti lomba. Lambat laun, usahanya tersebut mendapat partisipasi dari sesama pencinta mini 4WD. Kemudian, dibentuklah komunitas untuk wadah para racer mini 4WD pada tahun 2000. "Ternyata, banyak orang yang suka mini 4WD. Sayang kalau tidak ada wadah untuk mengumpulkan mereka," ujar pria berambut gondrong ini. Meski mini 4WD tergolong mainan anak-anak, pencintanya justru orang dewasa dan berbagai profesi. Hal itu sangatlah wajar. Sebab, mainan tersebut berkaitan dengan kreativitas mengutak-atik setting mobil mini untuk mendapatkan kecepatan dan gesit saat berpacu di lintasan sulit. "Kalau anak-anak paling yang standar, tapi kalau sudah yang kelas kompetisi yang orang-raong tua," candanya. Komunitas mini 4WD, terang Rizky, memiliki klasifikasi kelompok masing-masing. Mereka mengelompokkan diri sesuai dengan spesifikasi mini 4WD. Misalnya, kelas nascar, STO, STB, sloop, dan drag atau speed. Untuk mewadahi pencinta mini WD yang beragam, Rizky selalu menyelenggarakan pertandingan di masing-masing kelas. "Kalau speed disini tidak dipertandingkan karena lintasan menjadi cepat rusak," jelasnya. Di jelaskannya, kelas nascar merupakan pengembangan dari hobi mini 4WD yang menitikberatkan pada adu kecepatan. Mereka diperbolehkan mendesain ulang mesin maupun bodi mobil mini 4WD tersebut sehingga memiliki kecepatan tinggi. Beberapa kejurnas pun telah dilaksanakan sejak 2008. Sementara itu, kelas STO (Standar Original) mulai tumbuh pada 2012. Beberapa kejuaraan tingkat regional diselenggarakan. Basic dari kelas STO tersebut adalah mini 4WD bermerek. Yang diadu adalah kestabilan dan setting mobil yang disesuaikan dengan lintasan. Kelas sloop adalah adu kecepatan dengan spare parts bebas, merek apa pun. Begitu juga drag yang mengadu mobil-mobil pada lintasan lurus tanpa rintangan. Bentuknya juga lebih simpel dan ringan. "Ini merusak lintasannya karena pas di tikungan roller akan menggesek lintasan dengan cepat, sehingga lintasan bisa cepat rusak pas tikungan. Tidak semua lintasan menerima mobil jenis ini," imbuhnya. Beragamnya level mini 4WD itu membuat para racer semakin kreatif untuk mengembangkan kemampuan mobil-mobil miliknya. Mereka juga sering berkumpul untuk sharing setting-an. Anggota komunitas tersebut sama sekali tidak pelit berbagi ilmu. "Kalau ada yang nemu setting yang bagus dan cepat, mereka langsung sebarkan informasi itu ke teman-teman," tuturnya. Untuk memenuhi hasrat tersebut, setidaknya para pencinta mini 4WD harus mengeluarkan kocek cukup besar. Sebab, harga mini 4WD tidak murah. Kelas STO dibanderol dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Di kelas nascar, modal yang dikeluarkan sampai puluhan juta rupiah. Sebab, lomba dilaksanakan per tim dengan peralatan yang sangat banyak. Mulai baterai, charger, hingga mobil mini 4WD yang lebih dari lima buah. Namun, demi hobi, uang tak jadi soal. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: