Awas! Snack Bergambar Tidak Senonoh Masuk Purwokerto dan Masih Dijual Online

Awas! Snack Bergambar Tidak Senonoh Masuk Purwokerto dan Masih Dijual Online

PURWOKERTO - Dunia maya akhir-akhir ini heboh. Snack dengan kemasan bergambar tidak sepantasnya mengundang reaksi berbagai pihak. Snack yang diproduksi di Jakarta ini, sudah mulai masuk ke Purwokerto namun masih dijual secara online di media sosial. Snack ini sebenarnya mie bihun dengan berbagai rasa dan tingkat kepedasan. Yang menjadi masalah, adalah kemasan yang menunjukan gambar perempuan berbikini. Di bagian depan, tampak bergambar bagian depan perempaun berbikini. Sementara di bagian belakang, terlihat punggung perempuan berbikini. Sehingga, secara utuh, kemasan menunjukan seorang perempuan berbekini. Tidak hanya itu, pas di bagian gambar terdapat tulisan yang bila dibaca kurang enak maksudnya. Bikini-Bihun-Kekinian-snack-yang-jadi-kontroversi-karena-kemasannya-dianggap-seronok Achmad, warga Purwokerto menilai peredaran snack dengan gambar tidak senonoh tersebut sebaiknya tidak diperbolehkan. Meski masih sebatas dijual secara online. "Pengguna internet sekarang bisa berasal dari semua kalangan, dan penjualan snack tersebut juga ada sasaran kalangan usia," katanya. Menurut Achmad, dengan gambar tidak senonoh yang dihadirkan dari snack tersebut memang hanya singkatan atau akronim dari produk tersebut. Meski begitu, terlihat tidak senonoh. "Seharusnya tidak perlu. Sebab, dengan namanya yang unik saja, sudah mampu membuat masyarakat penasaran," katanya. "Tidak perlu dengan gambar yang tidak baik untuk dipandang. Apalagi banyak anak-anak yang juga sudah pandai mengakses internet. Kalau bisa ditinjau ulang perizinan edar," tutur Achmad. Koordinator Lembaga Pusat Layanan Terpadu Perlindungan Korban Kekerasan Berbasis Gender dan Keluarga (PPT PKKBGK), Dra Tri Wuryaningsih MSi menuturkan, gambar tidak senonoh yang ditampilkan pada kemasan snack tersebut sudah termasuk konteks pornografi. Sebab, menampilkan gambar tubuh wanita yang menggunakan bikini. "Apalagi juga ada tulisan yang kalau dibaca kurang sedap, dan ditempatkan di bagian yang kurang pantas," tuturnya. Selain itu, dosen Sosiologi Fisip Unsoed yang akrab disapa Triwur ini juga menyayangkan peran Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) pusat saat meloloskan snack itu. Termasuk adanya cap halal di bagian atasnya, juga kurang pas disandingkan dengan gambar tersebut. "Untuk mengeluarkan cap halal, tentu ada izin dari MUI dan BPOM. Saya tidak tahu itu sudah ada izinnya atau belum," kata Triwur. Selain tidak layak dilihat, juga seakan merendahkan wanita. Dan Triwur mengharapkan, para produsen lebih cerdas dalam hal pemasaran tanpa mengandung unsur pornografi. Jika untuk menarik perhatian konsumen, tidak pelu berlebihan seperti itu. "Perilaku warga negara diatur dalam undang-undang, salah satunya undang-undang pornografi. Jadi jangan hanya mengambil keuntungan saja tapi pahami dahulu apakah itu layak disebar ke khalayak umum dan melanggar undang-undang atau tidak," papar Triwur. Triwur menambahkan, ini sebagai pelajaran untuk pemerintah harus lebih selektif sebelum mengeluarkan izin mengeluarkan produk. Supaya tidak ada pihak-pihak yang dirugikan. (ely/acd)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: