Jadi Saksi Ibu & Kakaknya Hanyut, Balita TS Hanya Bisa Mengangguk

Jadi Saksi Ibu & Kakaknya Hanyut, Balita TS Hanya Bisa Mengangguk

Wahito ikut membantu tim SAR terus berupaya mencari tubuh sang ibu yang hanyut di Sungai Mbelik Pucung. (IWAN ADI LUHUNG/RADAR SOLO) WONOGIRI - TS, 4, mungkin belum bisa melupakan peristiwa yang menimpa sang ibu, Harni dan kakaknya BM, 6, yang terseret arus Sungai Mbelik Pucung, Desa Tambakmerang, Girimarto pada Sabtu lalu (31/10). Sebab, dia satu-satunya yang selamat dan berada di lokasi kejadian. Sabtu sore itu, TS, pulang sendirian ke rumah neneknya. Tubuhnya basah kuyup diguyur hujan deras yang sore itu turun di Desa Tambakmerang, Kecamatan Girimarto. https://radarbanyumas.co.id/bocah-asal-banteran-tenggelam-di-sungai-tajum/ Bocah ini nekat melewati pematang sawah yang licin dan berbukit sebelum sampai ke rumah neneknya. Sampai di rumah, TS langsung dimandikan oleh sang nenek. Waktu itu neneknya masih belum paham apa yang terjadi hingga cucunya itu pulang sendiri. Baru menjelang Magrib, neneknya mulai waswas. Sebab, Harni dan BM –ibu dan kakak TS, belum kunjung pulang ke rumah. Padahal, saat berangkat ke sawah mereka bertiga. Takut terjadi sesuatu sang nenek bertanya kepada TS. Apalagi saat itu hujan sangat deras dan perjalanan pulang ke sawah harus melewati Sungai Mbelik Pucung yang debit airnya cukup tinggi. “Apa ibu dan kakak terpeleset saat menyeberang sungai?” tanya sang nenek kepada TS yang dijawab dengan anggukan. Sontak sang nenek dibantu warga segera melaporkan kabar ini ke pemerintah desa dan polsek. Pencarian pun dilakukan di Sungai Mbelik. Keluarga besar Harni pun diberi kabar, termasuk Wahito, 20, anak sulungnya yang saat itu berada di Jogjakarta. “Saya dikabari Sabtu sore. Tapi baru bisa pulang Minggu,” kata pemuda itu. Dia pun langsung ikut melakukan pencarian ibu dan adiknya. Sebuah tongkat kayu dibawanya, untuk menjaga keseimbangan saat melewati sungai yang licin dan masih berarus agak deras. Matanya kerap menerawang aliran sungai, mencari tubuh ibunda. Tidak berapa lama, tubuh adiknya ketemu. Menyangkut di antara pohon bambu. Dia bersyukur tubuh sang adik ditemukan, meski kondisinya sudah meninggal. Setelah itu, giliran mereka lanjut pencarian tubuh Harni. “Sedih sekali. Mudah-mudahan tubuh ibu segera ketemu. Ini terus berusaha sambil berdoa,” kata Wahito, kemarin sore. Tim gabungan yang ikut mencari tubuh Harni kerap menyemangatinya. Dia tersenyum, mengucapkan terima kasih kepada tim gabungan itu. Wahito mengaku ada sempat ada firasat. Sebelum kejadian hatinya merasa tidak tenang. “Kepikiran rumah terus saat itu. Eh, malah dapat kabar seperti ini,” kata dia sambil terus berjalan menyusuri sungai. (*/bun/ria/rs/ria/per/JPR)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: