Tanggapi BEM UI Soal The King of Lip Service, Jokowi: Kritik ya Boleh-Boleh Saja
Presiden Joko Widodo JAKARTA - Presiden Joko Widodo akhirnya menanggapi kritik yang dilontarkan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Indonesia (UI) kepada dirinya. Jokowi meminta kampus tak menghalangi mahasiswanya untuk memberikan kritik. ”Saya kira ini bentuk ekspresi mahasiswa dan ini negara demokrasi. Jadi, kritik itu ya boleh-boleh saja,” tutur Jokowi di Istana Merdeka. Namun, Jokowi mengingatkan bahwa bangsa Indonesia memiliki budaya-budaya tata krama dan sopan santun. https://radarbanyumas.co.id/viral-bem-ui-nobatkan-jokowi-the-king-of-lip-service-stop-membual-rakyat-sudah-mual/ https://radarbanyumas.co.id/setelah-ui-sindir-jokowi-giliran-bem-ugm-sebut-jokowi-presiden-orde-paling-baru/ Jokowi memandang kritik para mahasiswa kepada dirinya sebagai hal biasa. ”Mungkin mereka sedang belajar mengekspresikan pendapat,” ungkapnya. Bukan hanya mahasiswa, Jokowi mengatakan bahwa dirinya kerap mendapatkan kritik. ”Dulu ada yang bilang saya ini klemar-klemer, ada yang bilang juga saya itu plonga-plongo. Kemudian ganti lagi ada yang bilang saya ini otoriter, kemudian ada juga yang ngomong saya ini bebek lumpuh,” ujarnya. Terpisah, Guru Besar FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta M. Din Syamsuddin mengatakan, sikap dan pandangan BEM UI tentang Presiden Joko Widodo sebagai king of lip service mencerminkan sikap kritis anak muda. Menurut dia, mahasiswa memang diajari berpikir kritis terhadap realitas kehidupan masyarakat. Jadi, kata dia, itu hal biasa di kampus. ”Justru aneh kalau civitas academica kehilangan daya kritis, apalagi cenderung membenarkan yang salah dan menyalahkan yang benar,” terangnya kepada Jawa Pos. Maka, kata Din, Rektorat UI seyogianya tidak menyikapi BEM UI secara represif dan otoriter. Begitu pula pihak yang tidak setuju dengan pandangan BEM UI. Sebaiknya mereka mengajukan argumen dan fakta tandingan. Mantan ketua umum PP Muhammadiyah itu menyatakan, pandangan yang disampaikan BEM UI sebenarnya juga dirasakan banyak orang. Namun, BEM UI memiliki keberanian moral untuk menyuarakannya. ”Hal itu harus dipuji, apalagi jika pandangan itu disertai bukti atau argumentasi. Itu sikap intelektual sejati,” tegasnya. Tokoh asal Sumbawa, NTB, itu menegaskan bahwa upaya pembungkaman daya kritis mahasiswa justru semakin membangkitkan kritisisme kampus. ”Yang selama ini sesungguhnya tidak mati dan tidak bisa dimatikan,” paparnya. Pada bagian lain, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) memastikan tidak ada sanksi yang diberikan UI kepada anggota BEM UI. Hal tersebut ditegaskan Direktur Jenderal (Dirjen) Pendidikan Tinggi (Dikti) Kemendikbudristek Nizam saat dihubungi kemarin (29/6). ”Saya sudah klarifikasi ke teman-teman UI. Tidak ada sanksi,” ujarnya. Mengenai pemanggilan yang dilakukan pihak kampus sebelumnya, Nizam mengatakan bahwa itu merupakan proses klarifikasi atas kabar yang tengah ramai diperbincangkan. Lagi pula, menurut dia, komunikasi pimpinan kampus dan mahasiswa memang harus terus dibangun. Namun, Nizam enggan mengomentari saat ditanya soal pola kritik yang disampaikan BEM UI kepada pemerintah. (lyn/lum/mia/c19/oni/ilh/JP)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: