Gelar Juara untuk Ibunda
JAKARTA – Gelar juara yang diraih pasangan Greysia Polii/Apriyani Rahayu pada Kejurnas PBSI 2018 begitu istimewa karena disaksikan langsung oleh Evie Pakasi, ibunda Greysia. Apalagi, kemenangan pada laga puncak atas pasangan Maretha Dea Giovani/Yulfira Barkah bertepatan dengan Hari Ibu. ’’Mama adalah segalanya. Luar biasa,’’ ucap Greys. Kemenangan 21-12, 21-8 atas wakil Mutiara Cardinal Sabtu sore (22/12) itu langsung didedikasikan kepada sang bunda. ’’Senang mama bisa datang dan nonton,’’ kata Greys. Menurut dia, Evie ikut memengaruhi performanya saat itu. Sebelumnya, pada turnamen penutup musim BWF World Tour Finals 2018 di Guangzhou, Tiongkok, 12–16 Desember lalu, Evie juga ikut menonton langsung. ’’Nggak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Pokoknya kehadiran mama saat pertandingan selalu memotivasi saya,’’ urainya. Sementara itu, bagi Apriyani, prestasinya saat ini menjadi pembuktian perjuangan yang ingin ditunjukkan kepada almarhumah ibunya, Siti Jauhar. Dia wafat pada 2015. ’’Saya ingin membanggakan mama saya di sini, di bulu tangkis. Ini bukti perjuangan saya,’’ ungkap pebulu tangkis 20 tahun itu. Apriyani merupakan anak bungsu empat bersaudara. Sejak kecil, dia tidak pernah jauh dari ibunya. Bersamaan dengan momen kemenangan yang membawa PB Jaya Raya sebagai kampiun tersebut, Ketua Harian PB Jaya Raya Imelda Wigoeno ikut merasakan pentingnya peran seorang ibu. Selama ini, dia menjadi sosok ibu bagi seluruh pemain klub yang berdiri sejak 1975 itu. Imelda hadir di setiap pertandingan anak didiknya sejak babak pertama hingga final. Mantan pasangan Christian Hadinata di nomor ganda campuran era ’80-an itu selalu duduk di tribun timur. ’’Jaya Raya lebih hebat kalau bermain beregu. Semua pemain saling mendukung. Apresiasi untuk Greys/Apri, Rian (M. Rian Ardianto), Hendra Setiawan. Meski sudah atlet internasional, masih mau turun untuk membela klub,’’ ucap Imelda seraya memandang Greysia dan Apriyani yang duduk di kanan-kirinya. Para pemain Jaya Raya beruntung memiliki Imelda sebagai seorang ketua. Sebab, pemimpin perempuan dinilai lebih peka dan pengertian. Terlebih menangani atlet perempuan yang performanya tidak hanya dipengaruhi hal teknis, tapi juga nonteknis. (han/c19/cak)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: