Tiongkok-Bahrain Dominasi Atletik
ian Jepang Siap Meledak di Olimpiade 2020 JAKARTA - Dominasi atlet Tiongkok pada cabor atletik terhenti. Pada hari penutup tadi malam, Bahrain mampu menyodok menyamai capaian medali emas Tiongkok. Kedua negara tersebut sama-sama mengamankan 12 medali emas dari atletik. Tiongkok mendulang 12 emas, 12 perak dan 9 perunggu. Sedangkan Bahrain, ada di peringkat kedua, 12 emas, 6 perak dan 7 perunggu. Capaian tersebut menurun ketimbang edisi Asian Games Incheon 2014 lalu. Saat itu, Tiongkok digdaya dengan raihan 15 emas, 14 perak dan 11 perunggu. Mereka masih menguasai nomor-nomor favorit. Seperti di lari 100 meter putra, ataupun 110 meter lari gawang putra. Su Bingtian, yang empat tahun lalu hanya meraih perak di Incheon memberikan banyak kejutan. Dia tampil dengan catatan impresif, 9,92 detik, sekaligus mencatatkan dia sebagai pemegang games record. Secara keseluruhan, itu merupakan perubahan yang cukup signifikan dari tim Bahrain dan sebagian negara Timur Tengah lainnya. Kebijakan naturalisasi pelari juga memberikan dampak yang maksimal bagi perolehan medali mereka. Tosin Ogunode misalnya, sprinter Qatar kelahiran Nigeria itu mendapatkan perak di nomor 100 meter putra. Dia kalah dari andalan Tiongkok, Su Bingtian yang berlari 9,92 detik. Tosin merupakan adik Femi Ogunode, peraih emas Asian Games 2014 di Incheon. Sayangnya, Tosin gagal mempertahankan emas yang diraih kakaknya empat tahun lalu. Sementara itu, pelari Bahrain, Musa Isah yang turun di 4x400 meter putra menyebutkan persaingan di Asian Games kali ini cukup ketat. “Ini edisi pertama saya main di Asian Games, selain Qatar, Jepang dan India juga bisa memberikan kesulitan,” ujarnya. Di sisi lain, Jepang memperlihatkan progres yang cukup siginifkan. Dari tiga emas yang mereka raih pada 2014, kini pelari jepang mampu mengumpulkan 6 medali emas plus, 2 perak, dan 10 perunggu. Pelatih nomor sprint Jepang, Hiroyasu Tsuchie menyebutkan persaingan di Asian Games kali ini terasa berbeda. Tsuchie mengakui bahwa Jepang saat ini fokus untuk persiapan menuju Olimpiade Tokyo 2020. Khusus di nomor sprint kans pelari Asia cukup terbuka untuk bersaing di pentas dunia. Fenomena Zohri menjadi salah satu pertimbangan bagi dia. “Bahwa dibandingkan dengan sprinter Eropa, Amerika ataupun Karibia, pelari Asia juga tetap bisa mengejar catatan waktu terbaik, itu positif,” ujar salah satu profesor di Tokyo University tersebut kepada Jawa Pos. “Kami juga akan terus melanjutkan program latihan untuk Olimpiade, kebetulan kami tuan rumah, tentu berharap bisa maksimal,” terangnya. Sementara itu, India menjadi fenomena tersendiri pada Asian Games kali ini. Secara mengejutkan mereka menyodok di top 3 peraih medali di atletik dengan 7 emas, 10 perak dan 2 perunggu. Informasi yang diterima Jawa Pos, Tim atletik Indonesia juga menjalani pemusatan latihan sekitar 2 bulan di ketinggian Bhutan. (nap/feb)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: