Pencak Silat-Karate Potensi Medali

Pencak Silat-Karate Potensi Medali

SETELAH  56 tahun lamanya, Asian Games kembali ke Indonesia tahun. Pada 1962, Indonesia hanya berkesempatan menggelar 16 pertandingan cabor. Satu di antaranya yakni panahan. Tahun ini, Indonesia menggelar 40 cabang olahraga, termasuk cabor usulan, salah satunya pencak silat yang berpotensi menjadi lumbung medali emas Timnas pencak silat Indonesia serasa dihempaskan ke bumi begitu keras pada SEA Games 2017 Kuala Lumpur. Dari total 20 medali emas yang diperebutkan, Indonesia hanya kebagian 2 medali emas saja. Ini menjadi ironis, sebab, pencak silat merupakan cabor yang berasal dari Indonesia. Yang lebih parah, nomor seni yang selalu menjadi tumpuan Indonesia, saat itu hanya menyumbang sekeping emas saja. Tetapi, Asian Games 2018 berbeda. Paradigma underdog harus ditepiskan. Pencak silat Indonesia harus merdeka di rumah sendiri. Total ada 16 medali emas yang akan diperebutkan di Padepokan Pencak Silat, Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Venue baru saja selesai dipugar. Dengan begitu, tentu harapannya, prestasi Indonesia juga bisa secemerlang venue pertandingan. Bagi pasangan nomor seni ganda putra, Hendy/Yola Primadona Jampil Lubis, Asian Games kali ini menjadi momen penting mereka. Setelah kalah di SEA Games 2018, mereka ingin bisa kembali ke podium pertama. Berbagai cara sudah mereka siapkan. Salah satunya yakni menyiapkan koreografi khusus baru. Menurut Yola, koreografi tersebut sudah mereka matangkan dalam setahun terakhir. “Total kami butuh waktu dua tahu, tetapi sempat off, karena persiapan SEA Games,” terangnya saat ditemui Jawa Pos Jumat (10/8). Yola menjanjikan tampilan baru dan fresh untuk Asian Games kali ini. “Ibarat film, biar penonton merasa ketagihan, menegangkan setiap adegannya,” bebernya. Namun, koreografi baru tersebut juga harus mantap gerakannya, juga memperlihatkan kekayaan jurus.  Tanpa itu, tentu penilaian bagi Hendy/Yola bakal kurang maksimal. Sebab, khusus nomor seni, unsur subjektifitas juri dan wasit cukup tinggi. Artinya, pesilat Indonesia mutlak harus tampil sempurna untuk bisa mengumpulkan poin yang sempurna pula. Itu juga menghindarkan penilaian tidak subjektif dari para juri. Nomor seni akan mempertandingkan enam nomor event, tunggl, ganda dan regu masing-masing putra dan putri. Sedangkan untuk nomor tanding, ada 10 nomor yang akan melibatkan pesilat Indonesia. Khusus nomor ini, kemampuan bela diri menjadi syarat utama. Rony Syaifullah, pelatih kepala timnas pencak silat menyampaikan, kemampuan anak asuhnya sudah mencapai 98 persen. “Dalam hitungan kami porsinya masih 50-50 potensi seni dan tanding,” terangnya. Minimal, PB IPSI dan tim pelatih mematok target tiga medali emas bagi para pesilat tanah air.   Tidak banyak kendala yang dihadapi timnas Indonesia. Sebab, mereka juga sudah mendatangi para pesilat pesaing untuk sparring game. Seperti ke Thailand dan Vietnam. Rony menyebutkan untuk nomor seni, timnya cukup percaya diri bisa mengamankan medali emas. Sedangkan untuk nomor tanding yang cukup menantang. Sebab, selain negara Asia Tenggara, negara seperti Kazakhstan, Iran ataupun Uzbekistan layak diperhitungkan. Sebab, secara fisik, negara tersebut cukup kuat. Khusus nomor tanding, Indonesia punya banyak jagoan. Salah satunya yakni Wewey Wita, yang turun di kelas B (50-55 kg putri). Peraih medali emas SEA Games tahun lalu itu diharapkan bisa mendulang medali emas di Asian Games kali ini. “Tantangannya lebih kepada negara Asia Tenggara, tetapi tidak boleh lengah,” kata gadis kelahiran Tangerang, 5 Februari 1993 silam. Menurutnya, tampil di rumah sendiri seharusnya bisa dimaksimalkan pesilat Indonesia untuk bisa mengamankan gelar. Dari cabor karate, Pelatih Kepala tim Karate Indonesia Syamsuddin Barkhani menargetkan satu medali emas pada pesta olahraga se-Asia tersebut. Peluang ada pada dua nomor kumite putri. Yakni, kelas -50 kg dari Srunita Sari Sukatendel dan kelas -55 kg putri dengan karateka Cok Istri Agung Sanistyarani. Target tersebut cukup realistis. Secara statistik, Srunita saat ini berada di ranking 9 kelas -50 kg World Karate Federation (WKF). Dalam kurun waktu setahun terakhir, karateka asal Sumatera Utara tersebut menorehkan prestasi gemilang. Antara lain, medali perak Kejuaraan Asia 2017, Peringkat ke-3 Karate 1 Series A 2017 di Salzburg, Austria, dan runner –up  Karate 1 Premier League 2018 di Rotterdam, Belanda, 16 Maret lalu. Sementara itu, Coki –sapaan Cok Istri Agung Sanistyarani- baru saja menyabet medali perak Kejauaraan Asia 2018 yang digelar di Jordania, 8 Juli lalu. Dengan raihan tersebut, Coki menempati peringkat 15 WKF di kelas kumite -55 kg. ”Dia menunjukkan performa yang impresif di Kejuaraan Asia. Dari turnamen itu kami sudah memetakan kekuatan karateka pesaing dari negara Asia lainnya,” ucap Syamsuddin saat dihubungi Jawa Pos kemarin. Meski begitu, Syamsuddin tidak menutup kemungkinan bahwa medali emas bisa diraih dari sektor putra. Ahmad Zigi Zaresta Yuda dari nomor kata perorangan bisa memberikan harapan. Raihan terbaiknya hingga saat ini mampu menjadi runner-up Kejuaraan Asia 2017 lalu. Pada Kejuaraan Asia tahun ini, peraih perak SEA Games 2017 Kuala Lumpur itu hanya mampu menempati posisi kelima. ”Memang persaingannya cukup berat. Tapi sebagai tuan rumah anak-anak pasti beda lagi semangatnya. Semoga bisa,” tutur Syamsuddin. (nap/han)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: