Waspada Ancaman Doping di Asian Games 2018

Waspada Ancaman Doping di Asian Games 2018

JAKARTA - Persiapan akhir atlet Indonesia menuju Asian Games (AG) 2018 tidak hanya melulu terkait hal teknis. Aspek non teknis misalnya menjaga asupan gizi, obat-obatan juga vitamin juga menjadi sorotan utama. Terlebih, pada ajang multievent seperti AG kali ini kerap muncul persoalan doping. Dalam hal ini, Zaini K. Saragih, Ketua LADI (Lembaga Anti Doping Indonesia) menyebutkan potensi ancaman doping tetap terbuka. Sejak setahun yang lalu, timnya sudah melakukan sosialisasi untuk mencegah persoalan tersebut kembali muncul. Apalagi, sebagai tuan rumah, LADI menjadi salah satu filter utama agar atlet terhindar dari penggunaan obat atau zat terlarang. “Dari random sampling yang kami sebar, bersyukur tidak ada yang positif doping,” terang Zaini dalam diskusi menjelang Asian Games yang di inisiasi Kemenpora di Jakarta kemarin (3/8). Meskipun demikian, masih ada cabor Indonesia yang punya resiko tinggi terhadap doping. Zaini menyebutkan, angkat besi, balap sepeda, atletik, ataupun renang punya potensi besar untuk doping. Terkadang, penggunaan zat yang termasuk doping ini tidak sengaja digunakan para atlet.  “Tidak hanya atlet, pelatih juga kami berikan sosialisasi apa saja vitamin ataupun obat yang bisa masuk doping, kami berikan juga buku kecil terkait doping,” urainya. Upaya preventif itu dilakukan untuk meminimalisir kejadian yang bisa merugikan kontingen Indonesia. Selain itu, kalaupun terpaksa menggunakan obat yang mengandung doping, perlu ada komunikasi langsung dengan pengurus cabor dan panitia penyelenggara Asian Games nantinya. Mekanisme pengajuan untuk mengkonsumsi obat diakui Zaini juga harus dipahami atlet dan PB cabor terkait. “Pengajuan itu disahkan, mekanisme itu yang perlu dipahami mereka,” lanjutnya. Di sisi lain, Mg Supeni, salah satu pelatih angkat besi pelatnas menyebutkan, terkait doping ini, timnya terus memberikan pengertian kepada atlet. Supeni juga berpedoman dengan buku saku yang disebarkan LADI terkait zat terlarang bagi atlet. “Kalau anak-anak memang butuh obat, saya selalu diskusi dulu dengan dokter timnas,” ujarnya. Itu untuk menghindarkan potensi doping yang bisa saja melibatkan atlet Indonesia. (nap)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: